HUBUNGAN SAMBUNGAN KAYU
Pengertian
Panjang kayu
dipasaran sangatlah terbatas, sedangkan dalam suatu konstruksi membutuhkan kayu
yang cukup panjang. Untuk mengatasi akan keterbatasan ukuran panjang kayu
dibutuhkan adanya sambungan.
Sambungan kayu
adalah dua batang atau lebih yang saling disambungkan satu sama lain, sehingga
menjadi satu batang kayu yang panjang. Sambungan dapat berupa batang mendatar
maupun tegak lurus.
Syarat-syarat hubungan kayu
:
- Diusahakan hubungan dibuat sesederhana mungkin tapi kokoh.
- Hindari menggunakan kayu yang betul-betul cacat.
- Perhatikan sifat-sifat kayu terutama terhadap penyusutan.
- Hindari menarik kayu terlalu dalam, karena dapat melemahkan hubungan kayu itu sendiri.
- Bentuk sambungan dari hubungan harus tahan terhadap gaya-gaya yang bekerja padanya.
- Perhatikan rencana penempatan sambungan.
- Ulas dahulu dengan lood menie sebelum hubungan disatukan.
Macam-macam hubungan kayu
1 Sambungan kayu memanjang
a. Sambungan bibir
lurus tegak
Sambungan ini dapat digunakan bila disepanjang
balok-balok dipikul secara merata dan tidak menerima gaya tarik mupun momen lentur. Pada sambungan
ini baloknya sangat diperlemah karena kedua ujung balok yang akan disambung
masing-masing di takik ½ tebal kayu. Bidang takikan yang mendatar dinamakan
bibir, bidang yang tegak dinamakan dada, bagian yang dibawah dinamakan pemikul
dan bagian yang diatas dinamakan penutup.
b. Sambungan bibir miring tanpa kait ( dada tegak)
Sambungan ini digunakan apabila balok berada di atas dua tumpuan
atau lebih seperti pada balok gording yang ditumpu / ditahan oleh balok kaki
kuda – kuda. Untuk dapat menhan lenturan, bibir sambungan dibuat berangsur –
angsur miring dengan posisi balok berdiri. Pada kedua ujung balok yang akan
disambung masing – masing ditakik sedalam 1/8 – 1/6 t yang disebut dada.
Panjang bibir dalam arah datar 2½ - 3 t an dibuat miring.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar