Apakah kita
sebagai seorang “engineer”, tidak merasa sangat-sangat tersinggung dan
direndahkan dengan kutipan ucapan apa yang pernah terlontar dari mulut seorang
konglomerat dan seorang pemilik alat berat: “sebenarnya kalian engineer
sama saja dengan kuli, hanya bedanya kalian adalah kuli pintar yang tidak bisa
berbisnis. Ir. Gouw mengajak kita, sejenak melepaskan professional pride
kita selaku engineer, dan melihat bagaimana banyak dari antara kita
bersikap saling membanting harga, dan untuk men-justify tindakan itu,
kita berkata : “Habis bagaimana lagi? Sistemnya sudah begitu ? Kalau kita tidak
mau ada orang lain yang mau!” atau membuat kartel? Melanggar etika bisnis
menetukan harga ? Percuma akan dilanggar sendiri”
Terasa sekali ada hal yang sangat kurang disini? Apa yang kurang? kasarnya,
seperti kata sang konglomerat tadi: Engineer tidak bisa berbisnis !
Halusnya, seperti kutipan ucapan dari kalangan agen asuransi jiwa (profesi yang
sering dianggap pes). Kita harus belajar: How to sell ourself (with pride
and honor)? Yah, Bagaimana kita menjual diri kita ? (maaf, jangan disalah
artikan menjual diri sendiri seperti pelacur). Intinya, adalah bagaimana kita
memposisikan diri dalam menjual jasa kita, dengan kebanggaan dan secara
terhormat. Bandingkan, mengapa seorang dokter menetapkan harga tanpa ditawar?
Apakakah karena berhubungan dengan jiwa manusia, sehingga pasien tidak berani
menawar?. Apakah seorang engineer dalam merancang struktur bangunan
tidak berhubungan dengan jiwa manusia? bahkan kuat tidak kuatnya bangunan,
secara tidak langsung berhubungan dengan lebih banyak jiwa manusia.
Setelah membaca literature yang ditulis oleh; Ir. Gouw, Tjie-Liong M.Eng di
majalah Konstruksi yang membahas Etika Profesi. Disana dibahas bagaimana
kata-kata, yang dalam bahasa Inggris itu ditulis “ETHICS”, Diuraikan
huruf per huruf menjadi jabaran kode etik profesi yang sangat menarik dan yang
bisa mengangkat harkat profesi kita. Dibawah ini penulis menyajikan bahasan
tersebut yang disesuaikan dengan profesi engineering yang kita geluti
bersama ini ;
“ETHICS”
E = Excellence (keunggulan)
Selaku professional, seorang engineer, harus bersikap terus menerus
memperbaiki pengetahuannya, selalu mencari solusi yang terbaik. Tidak boleh
bergantung pada code of practice secara membuta. Engineer tidak
boleh bersikap pasif, melainkan harus pro-aktif untuk beradabtasi dengan era
globalisasi yang serba cepat ini. Engineer yang tidak selalu proaktif
memperbaharui diri dengan pengetahuan dan teknologi baru, akan tertinggal
zaman.
Dalam era globalisasi ini, hanya bermodalkan disiplin pengetahuan engineering
itu sendiri tidak cukup, seorang engineer perlu melengkapi dirinya
dengan pengetahuan dasar akan ilmu-ilmu social, ekonomi, keuangan, humas, dan
lain-lain, yang terkait dengan pekerjaannya. Pengetahuan dan keahlian mana
diperlukan untuk secara efektif mengkomunikasikan proses engineer .
Untuk menganalisa, untuk berfikir secara lateral (dalam keterkaitan dengan
bidang diluar engineering) dan vertical (dalam bidang engineering
secara mendalam), mensintesa, memformulasikan permasalahan, dan
menyelesaikannya.
T = Trustworthy (Terpercaya).
Pengetahuan engineer merupakan pengetahuan yang sangat khusus, tidak
banyak orang yang menguasai disiplin ilmu ini. Karenanya seorang engineer
harus mempunyai kebanggaan diri dalam merefleksikan kepercayaan. Setiap kata
dan tindakan dalam menjalankan profesi-nya harus dapat diandalkan. Seorang engineer
wajib memberikan dan menetapkan solusi yang terbaik yang diketahuinya. Sesama engineer
harus juga saling menghormati, saling dipercaya, Serta tidak saling
menjatuhkan satu sama lain.
H = Honesty
(Kejujuran).
Agar dapat dipercaya seorang engineer harus jujur terhadap
profesinya, terhadap dirinya sendiri, terhadap sesame engineer dan
terhadap client-nya.
Diperlukan sikap lapang lada dalam menerima saran dan kritik dari sesame engineer
demi kemajuan bersama. Jujur dalam mengemukakan keuntungan dan kerugian
alternative-alternatif solusi yang diberukannya.
Kejujuran merupakan pangkal dari perilaku etika. Kejujuran berarti
mengatakan sesuatu apa adanya. Kejujuran berarti selalu menjaga untuk tidak
membohongi orang lain, baik secara sengaja maupun dengan sikap diam. Kejujuran
juga bearti bersikap adil, menerima dan memberi apa yang menjadi hak orang
lain. Menerima kewajiban dan menolak hal-hal yang tidak merupakan hak dan yang
berada diluar otoritasnya.
Menerima dan mengerjakan tugas yang memang bisa dikerjakan, dan tidak
mengerjakan tugas yang berada diluar bidang keahliannya. Walaupun sering kita
ditempatkan dalam kesulitan untuk bersikap jujur sejujur-jujurnya, namun bila
kita selaku engineer dapat menjaga dan memelihara sikap jujur tersebut,
maka pada akhirnya akan menangkat nilai sang engineer dan profesi engineering
itu sendiri.
I = Integrity (Integritas).
Engineer selayaknya menjunjung tinggi integritas pribadi dan bidang
keahliannya dengan berlaku tegas dan tegar terutama sekali dalam menegakkan dan
menerapkan pengetahuannya. Keputusan seyogianya diambil dengan juga
mempertimbangkan dampak lingkungan dan tidak semata-mata demi kepentingan
pribadi dan/atau pemberi tugas. Berani menegakkan integritasnya dengan jalan
mengedepankan kepentingan umum dan menolak segala bentuk insentif dan paksaan
yang bisa mengakibatkan kerusakan lingkungan.
Integritas berarti tidak saja bersikap jujur, tapi juga tahan untuk tidak
bersikap korup. Engineer dengan integritas tinggi dan berkata benar,
sekalipun hal itu berakibatkan kehilangan proyek. Tentunya cobaan untuk
bersikap seperti itu sangatlah besar, semakin besar nilai proyek semakin sulit
mengambil sikap dengan integritas tinggi. Menolak terlibat dalam proyek yang
nyata-nyata diketahui berdampak negative namun bernilai besar, merupakan cobaan
yang sangat besar terhadap integritas sang engineer . Namun itulah
essensi dari nilai integritas.
C = Caring (Perduli).
Setiap buah karya Engineer seyogyanya juga dilandasi dengan pemikiran yang
berdasarkan keperdulian terhadap lingkungan dan masyarakat. Berusaha agar
dampak negative terhadap lingkungan dan masyarakat sekecil mungkin. Dan
sebaliknya, agar karyanya itu berdampak positif terhadap kehidupan. Disinilah
letak keanggunan dari karya sang engineer.
Ini berarti bersikap perduli. Bekerja tidak hanya bermotifkan kepentingan
pribadi dan kepentingan pemberi tugas, tetapi juga mempertimbangkan kepentingan
masyarakat luas dan lingkungan. Perduli terhadap kepentingan rekan-rekan
seprofesi. Sikap mempertimbangkan kepentingan rekan seporfesi pada akhirnya
akan membawa dampak positif terhadap profesi engineering itu sendiri.
Abraham Lincoln mengatakan orang yang membiarkan kesalahan berlalu
dihadapannya, sama salahnya dengan orangn yang membuat kesalahan.
S = Selflessness (Tidak
Egois).
Tidak bersikap egois, tidak mengedepankan kepentingan pribadi. Tidak
bersikap seperti economic animal yang menilai semua dari sudut
kepentingan ekonomi semata.
Untuk membedakan engineer dengan kuli adalah ETHICS. Enam huruf ETHICS yang
dijabarkan sebagai akronim dari enam kata : Excellence, Ttrustworty,Honesty,
Integrity, Caring, dan selflessness itu saling kait mengait,
merupakan suatu kesatuan kode etik prilaku yang tidak mudah dijalankan. Ada
ungkapan dalam agama Islam : “Semuanya tergantung/ditentukan dari niatnya”.
Mungkin ini sejalan dengan pengertian Human Attitude (etikat kegiatan
seseorang), cara dan tujuan yang baik menentukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar