DINDING
1. Pengertian
Dinding
Dinding
merupakan salah satu elemen bangunan yang berfungsi memisahkan/ membentuk
ruang. Ditinjau dari segi struktur dan konstruksi, dinding ada yang berupa
dinding partisi/ pengisi (tidak menahan beban) dan ada yang berupa dinding
struktural (bearing wall). Dinding pengisi/ partisi yang sifatnya non
struktural harus diperkuat dengan rangka (untuk kayu) dan kolom
praktis-sloof-ringbalk (untuk bata). Dinding dapat dibuat dari bermacam-macam
material sesuai kebutuhannya, antara lain :
a. Dinding
batu buatan : bata dan batako
b. Dinding
batu alam/ batu kali
c. Dinding
kayu: kayu log/ batang, papan dan sirap
d. Dinding
beton (struktural – dinding geser, pengisi – clayding wall/ beton pra cetak)
Dinding yang
digunakan untuk bangunan berlantai 2 atau lebih sebaiknya menggunakan dinding
struktrural, di mana dinding tersebut menerima beban dari beban di atasnya.
Mengapa di pilih dinding struktural, ini di karenakan dinding struktural
membantu kolom untuk menerima beban yang besar dari bangunan berlantai 2 atau
lebih, sehingga keamanan dan kenyaman dari bangunan tersebut terjaga. Namun
untuk efisiensi biaya dan waktu, dinding non-struktural juga dapat di gunakan,
namun biasanya maks. Hanya untuk bangunan berlantai 2. Jika lebih dari bangunan
berlantai 2, maka kekuatan kolom harus di perbesar.
2. Bahan - Bahan Dinding
A. DINDING BATA
Dinding bata
merah terbuat dari tanah liat/ lempung yang dibakar. Untuk dapat digunakan
sebagai bahan bangunan yang aman maka pengolahannya harus memenuhi standar
peraturan bahan bangunan Indonesia NI-3 dan NI-10 (peraturan bata merah).
Dinding dari pasangan bata dapat dibuat dengan ketebalan 1/2 batu (non
struktural) dan min. 1 batu (struktural). Dinding pengisi dari pasangan bata 1/
2 batu harus diperkuat dengan kolom praktis, sloof/ rollag, dan ringbalk yang
berfungsi untuk mengikat pasangan bata dan menahan/ menyalurkan beban
struktural pada bangunan agar tidak mengenai pasangan dinding bata tsb.
Pengerjaan dinding pasangan bata dan plesterannya harus sesuai dengan syarat-syarat
yang ada, baik dari campuran plesterannya maupun teknik pengerjaannya. (Materi
Pasangan Bata)
B. DINDING BATAKO
B. DINDING BATAKO
Batako
merupakan material untuk dinding yang terbuat dari batu buatan/ cetak yang
tidak dibakar. Terdiri dari campuran tras, kapur (5 : 1), kadang – kadang
ditambah PC. Karena dimensinya lebih besar dari bata merah, penggunaan batako
pada bangunan bisa menghemat plesteran 75%, berat tembok 50% - beban pondasi
berkurang. Selain itu apabila dicetak dan diolah dengan kualitas yang baik, dinding
batako tidak memerlukan plesteran+acian lagi untuk finishing.
Prinsip
pengerjaan dinding batako hampir sama dengan dinding dari pasangan bata,antara
lain:
1. Batako harus disimpan dalam keadaan kering dan terlindung dari hujan.
1. Batako harus disimpan dalam keadaan kering dan terlindung dari hujan.
2. Pada saat
pemasangan dinding, tidak perlu dibasahi terlebih dahulu dan tidak boleh
direndam dengan air.
3.
Pemotongan batako menggunakan palu dan tatah, setelah itu dipatahkan pada kayu/
batu yang lancip.
4.
Pemasangan batako dimulai dari ujung-ujung, sudut pertemuan dan berakhir di
tengah – tengah.
5. Dinding
batako juga memerlukan penguat/ rangka pengkaku terdiri dari kolom dan balok
beton bertulang yang dicor dalam lubang-lubang batako. Perkuatan dipasang pada
sudut-sudut, pertemuan dan persilangan.
A. DINDING KAYU LOG/ BATANG TERSUSUN
Kontruksi dinding seperti ini
umumnya ditemui pada rumah-rumah tradisional di eropa timur. Terdiri dari
susunan batang kayu bulat atau balok. Sistem konstruksi seperti ini tidak
memerlukan rangka penguat/ pengikat lagi karena sudah merupakan dinding
struktural.
B. DINDING PAPAN
Dinding papan biasanya digunakan
pada bangunan konstruksi rangka kayu. Papan digunakan untuk dinding eksterior
maupun interior, dengan sistem pemasangan horizontal dan vertikal. Konstruksi
papan dipaku/ diskrup pada rangka kayu horizontal dan vertikal dengan jarak
sekitar 1 meter (panjang papan di pasaran ± 2 m, tebal/ lebar beraneka ragam :
2/ 16, 2/20, 3/ 25, dll). Pemasangan dinding papan harus memperhatikan
sambungan/ hubungan antar papan (tanpa celah) agar air hujan tidak masuk.
Selain itu juga harus memperhatikan sifat kayu yang bisa mengalami muai dan
susut
C. DINDING SIRAP
Dinding sirap untuk bangunan kayu
merupakan material yang paling baik dalam penyesuaian terhadap susut dan muai.
Selain itu juga memberikan perlindungan yang baik terhadap iklim, tahan lama
dan tidak membutuhkan perawatan. Konstruksi dinding sirap dapat dipaku (paku
kepala datar ukuran 1”) pada papan atau reng, dengan 2 – 4 lapis tergantung
kualitas sirap. (panjang sirap ± 55 – 60 cm)
D. DINDING BATU ALAM
Dinding batu alam biasanya terbuat
dari batu kali utuh atau pecahan batu cadas. Prinsip pemasangannya hampir sama
dengan batu bata, dimana siar vertikal harus dipasang selang-seling. Untuk
menyatukan batu diberi adukan (campuran 1 kapur : 1 tras untuk bagian dinding
dibawah permukaan tanah, dan ½ PC : 1 kapur : 6 pasir untuk bagian dinding di
atas permukaan tanah). Dinding dari batu alam umumnya memiliki ketebalan min.
30 cm, sehingga sudah cukup kuat tanpa kolom praktis, hanya diperlukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar