Irigasi merupakan hal yang sangat
penting dalam pertanian. Setiap irigasi mempunyai bangunan dan saluran irigasi
atau jaringan irigasi yang disebut juga sebagai sistem irigasi. Kita perlu
mengenal sistem irigasi seperti bangunan dan pemberian tata nama atau kode pada
bangunan irigasi, supaya kita mengetahui dan mengerti yang akan dilakukan pada
irigasi tersebut untuk lahan pertanian.
Dalam teknik pertanian, kita harus
mengenal jaringan irigasi dengan jelas, seperti jenis-jenis saluran irigasi dan
fungsinya, kerusakan pada jaringan irigasi serta pemanfaatan irigasi yang tidak
tepat, karena dalam teknik pertanian kita mempelajari irigasi untuk budidaya
dalam pertanian. Kemudian setelah kita mengetahui semua itu kita harus memberi
solusi terhadap semua permasalahan pada jaringan dan saluran irigasi tersebut,
karena teknik pertanian merupakan rekayasa di bidang pertanian yang
bertujuan untuk kemajuan dan kemudahan dalam pertanian untuk kesejahteraan
manusia.
Yang kita bahas ini pada daerah barat Kabupaten magetan. Luas area
pertanian daerah barat sekitar 25 ha. Pada
daerah ini juga memiliki pengairan untuk sawah yan modern sudah menggunakan
sadap dan bangun pembagi untuk daerah yang diairi. Disini hanya tertumpu pada
satu sungai yaitu sungai karangrejo yang nantinya akan kembali ke bengawan
solo.
Klasifikasi Jaringan Irigasi yang terdapat di daerah
barat dan sekitarnya ini
1.
Jaringan irigasi sederhana
Dimanapemaikan air masih diatur secara mandiri,
sehingga kelengkapan maupun kemampuan dalam mengukur dan mengatur masih sangat
terbatas. Ketersediaan air biasanya melimpah dan mempunyai kemiringan yang
sedang sampai curam, sehingga mudah untuk mengalirkan dan membagi air. Jaringan
ini terjadi di daerah gentong dan sekitarnya
2.
Jaringan irigasi semi teknis
Pada daerah tertentu memiliki bangunan sadap yang
permanen ataupun semi permanen. Bangunan sadap pada umumnya sudah dilengkapi
dengan bangunan pengambil dan pengukur. Jaringan saluran sudah terdapat
beberapa bangunan permanen, namun sistem pembagiannya belum sepenuhnya mampu
mengatur dan mengukur. Karena belum mampu mengatur dan mengukur dengan baik,
sistem pengorganisasian biasanya lebih rumit. Ini terjadi pada daerah pesu dan
sekitarnya
3.
Jaringan irigasi teknis
Untuk daerah maju mempunyai bangunan sadap yang permanen.
Bangunan sadap serta bangunan bagi mampu mengatur dan mengukur. Disamping itu
terdapat pemisahan antara saluran pemberi dan pembuang. Pengaturan dan
pengukuran dilakukan dari bangunan penyadap sampai ke petak tersier. Untuk
memudahkan sistem pelayanan irigasi kepada lahan pertanian, disusun suatu
organisasi petak yang terdiri dari petak primer, petak sekunder, petak tersier,
petak kuarter dan petak sawah sebagai satuan terkecil. Bagian ini ada pada
daerah barat karena juga sudah modern dalam pengeloaan sawah. Di daerah barat
ini sangat modern dalam pengelolaan pertaniannya. Adapun pengaturan dalam
pengairan pertanian tersebut. Bangunan bangunan tersebut meliputi
Petak primer terdiri dari beberapa
petak sekunder yang mengambil langsung air dari saluran primer. Petak primer
dilayani oleh satu saluran primer yang mengambil air langsung dari bangunan
penyadap.
Petak sekunder terdiri dari beberapa
petak tersier yang kesemuanya dilayani oleh satu saluran sekunder. Biasanya
petak sekunder menerima air dari bangunan bagi yang terletak di saluran primer
atau sekunder. Batas-batas petak sekunder pada urnumnya berupa tanda topografi
yang jelas misalnya saluran drainase. Saluran sekunder pada umumnya terletak
pada punggung mengairi daerah di sisi kanan dan kiri saluran tersebut sampai
saluran drainase yang membatasinya.
Petak tersier terdiri dari beberapa
petak kuarter masing-masing seluas kurang lebih 8 sampai dengan 15 hektar.
Pembagian air, eksploitasi dan perneliharaan di petak tersier menjadi
tanggungjawab para petani yang mempunyai lahan di petak yang bersangkutan
dibawah bimbingan pemerintah. Ukuran petak tersier berpengaruh terhadap
efisiensi pemberian air. Beberapa faktor lainnya yang berpengaruh dalam
penentuan luas petak tersier antara lain jumlah petani, topografi dan jenis
tanaman. Petak tersier terdiri dari kumpulan petak sawah (100 ha, 150 ha) yang
dilengkapi dengan saluran tersier, serta saluran kuarter. Dalam operasi dan
pemeliharaannya , petak tersier ini sudah menjadi tanggung jawab dari petani
pemakai air.
Selain sadap Bangunan pengambilan
air dengan pompa menjadi pilihan apabila upaya-upaya penyadapan air secara
gravitasi tidak memungkinkan untuk dilakukan, baik dari segi teknik maupun
ekonomis. Salah satu karakteristik pengambilan irigasi dengan pompa adalah
investasi awal yang tidak begitu besar namun biaya operasi dan eksploitasi yang
sangat besar.
Jaringan pembawa terdiri dari
jaringan utama dan jaringan tersier. Jaringan saluran utama terdiri dari
saluran primer dan saluran sekunder. Sedangkan jaringan tersier terdiri atas
saluran tersier serta saluran kuarter di petak tersier. Dalam saluran tersebut
dilengkapi dengan saluran pembagi, bangunan sadap tersier, bangunan bagi sadap
dan bok-bok tersier. Bangunan sadap tersebut dapat pula berfungsi sebagai
bangunan ukur atau hanya dapat berfungsi sebagai pengatur debit. Dalam saluran
primer atau sekunder dilengkapi dengan bangunan pengatur muka dan pada saluran
pembawa dengan aliran super kritis dilengkapi bangunan terjun, got miring. Pada
saluran pembawa sub kritis dilengkapi dengan bangunan talang, sipon, jembatan
sipon, bangunan pelimpah, bangunan penguras, saluran pembuang samping dan jalan
jembatan.
Saluran pembuang terdiri dari
saluran pembuang utama, yaitu saluran yang menampung kelebihann air dari
jaringan sekunder dan tersier keluar daerah irigasi. Saluran pembuang tersier
adalah saluran yang menampung dan membuang kelebihan air dari petak sawah ke
saluran pembuang primer atau sekunder.
Pendahuluan
Irigasi
merupakan hal yang sangat penting dalam pertanian. Setiap irigasi mempunyai
bangunan dan saluran irigasi atau jaringan irigasi yang disebut juga sebagai
sistem irigasi. Kita perlu mengenal sistem irigasi seperti bangunan dan
pemberian tata nama atau kode pada bangunan irigasi, supaya kita mengetahui dan
mengerti yang akan dilakukan pada irigasi tersebut untuk lahan pertanian.
Dalam
teknik pertanian, kita harus mengenal jaringan irigasi dengan jelas, seperti
jenis-jenis saluran irigasi dan fungsinya, kerusakan pada jaringan irigasi
serta pemanfaatan irigasi yang tidak tepat, karena dalam teknik pertanian kita
mempelajari irigasi untuk budidaya dalam pertanian. Kemudian setelah kita
mengetahui semua itu kita harus memberi solusi terhadap semua permasalahan pada
jaringan dan saluran irigasi tersebut, karena teknik pertanian merupakan
rekayasa di bidang pertanian yang bertujuan untuk kemajuan dan kemudahan
dalam pertanian untuk kesejahteraan manusia.
Yang kita
bahas ini pada daerah barat Kabupaten magetan. Luas area pertanian daerah barat
sekitar 2397 ha. Pada daerah ini juga memiliki pengairan untuk sawah yan modern sudah
menggunakan sadap dan bangun pembagi untuk daerah yang diairi. Disini hanya
tertumpu pada satu sungai yaitu sungai karangrejo yang nantinya akan kembali ke
bengawan solo.
Klasifikasi Jaringan
Irigasi yang terdapat di daerah barat dan sekitarnya ini
1. Jaringan irigasi
sederhana
Dimanapemaikan air
masih diatur secara mandiri, sehingga kelengkapan maupun kemampuan dalam mengukur
dan mengatur masih sangat terbatas. Ketersediaan air biasanya melimpah dan
mempunyai kemiringan yang sedang sampai curam, sehingga mudah untuk mengalirkan
dan membagi air. Jaringan ini terjadi di daerah gentong dan sekitarnya
2.
Jaringan irigasi semi teknis
Pada daerah tertentu
memiliki bangunan sadap yang permanen ataupun semi permanen. Bangunan sadap
pada umumnya sudah dilengkapi dengan bangunan pengambil dan pengukur. Jaringan
saluran sudah terdapat beberapa bangunan permanen, namun sistem pembagiannya
belum sepenuhnya mampu mengatur dan mengukur. Karena belum mampu mengatur dan
mengukur dengan baik, sistem pengorganisasian biasanya lebih rumit. Ini terjadi
pada daerah pesu dan sekitarnya
3.
Jaringan irigasi teknis
Untuk daerah maju
mempunyai bangunan sadap yang permanen. Bangunan sadap serta bangunan bagi
mampu mengatur dan mengukur. Disamping itu terdapat pemisahan antara saluran
pemberi dan pembuang. Pengaturan dan pengukuran dilakukan dari bangunan
penyadap sampai ke petak tersier. Untuk memudahkan sistem pelayanan irigasi
kepada lahan pertanian, disusun suatu organisasi petak yang terdiri dari petak
primer, petak sekunder, petak tersier, petak kuarter dan petak sawah sebagai
satuan terkecil. Bagian ini ada pada daerah barat karena juga sudah modern
dalam pengeloaan sawah. Di daerah barat ini sangat modern dalam pengelolaan
pertaniannya. Adapun pengaturan dalam pengairan pertanian tersebut. Bangunan
bangunan tersebut meliputi
Petak primer terdiri dari beberapa petak sekunder yang mengambil langsung air dari
saluran primer. Petak primer dilayani oleh satu saluran primer yang mengambil
air langsung dari bangunan penyadap.
Petak sekunder terdiri dari beberapa petak tersier yang kesemuanya dilayani oleh satu
saluran sekunder. Biasanya petak sekunder menerima air dari bangunan bagi yang
terletak di saluran primer atau sekunder. Batas-batas petak sekunder pada
urnumnya berupa tanda topografi yang jelas misalnya saluran drainase. Saluran
sekunder pada umumnya terletak pada punggung mengairi daerah di sisi kanan dan
kiri saluran tersebut sampai saluran drainase yang membatasinya.
Petak tersier terdiri dari beberapa petak kuarter masing-masing seluas kurang lebih 8
sampai dengan 15 hektar. Pembagian air, eksploitasi dan perneliharaan di petak
tersier menjadi tanggungjawab para petani yang mempunyai lahan di petak yang
bersangkutan dibawah bimbingan pemerintah. Ukuran petak tersier berpengaruh
terhadap efisiensi pemberian air. Beberapa faktor lainnya yang berpengaruh
dalam penentuan luas petak tersier antara lain jumlah petani, topografi dan
jenis tanaman. Petak tersier terdiri dari kumpulan petak sawah (100 ha, 150 ha)
yang dilengkapi dengan saluran tersier, serta saluran kuarter. Dalam operasi
dan pemeliharaannya , petak tersier ini sudah menjadi tanggung jawab dari
petani pemakai air.
Selain sadap Bangunan
pengambilan air dengan pompa menjadi pilihan apabila upaya-upaya penyadapan air
secara gravitasi tidak memungkinkan untuk dilakukan, baik dari segi teknik
maupun ekonomis. Salah satu karakteristik pengambilan irigasi dengan pompa
adalah investasi awal yang tidak begitu besar namun biaya operasi dan
eksploitasi yang sangat besar.
Jaringan pembawa terdiri dari jaringan utama dan jaringan tersier. Jaringan saluran utama
terdiri dari saluran primer dan saluran sekunder. Sedangkan jaringan tersier
terdiri atas saluran tersier serta saluran kuarter di petak tersier. Dalam
saluran tersebut dilengkapi dengan saluran pembagi, bangunan sadap tersier,
bangunan bagi sadap dan bok-bok tersier. Bangunan sadap tersebut dapat pula
berfungsi sebagai bangunan ukur atau hanya dapat berfungsi sebagai pengatur
debit. Dalam saluran primer atau sekunder dilengkapi dengan bangunan pengatur
muka dan pada saluran pembawa dengan aliran super kritis dilengkapi bangunan terjun,
got miring. Pada saluran pembawa sub kritis dilengkapi dengan bangunan talang,
sipon, jembatan sipon, bangunan pelimpah, bangunan penguras, saluran pembuang
samping dan jalan jembatan.
Saluran pembuang terdiri dari saluran pembuang utama, yaitu saluran yang menampung
kelebihann air dari jaringan sekunder dan tersier keluar daerah irigasi.
Saluran pembuang tersier adalah saluran yang menampung dan membuang kelebihan
air dari petak sawah ke saluran pembuang primer atau sekunder.
Kinerja Jaringan
1. LUAS DAN JENIS TANAMAN PADA MUSIM SEBELUMNYA
Luas areal tanam maksimum di
Jaringan Irigasi Glapan berdasarkan data dari Balai Besar Wilayah Sungai Pemali
Juana, Dinas Pengairan Kabupaten Grobogan dan Dinas Pengairan Kabupaten Demak
adalah seluas 18.784 Ha dengan pembagian areal adalah sebagai berikut :
a.
Daerah
Irigasi Barat (Kiri) = 2397 Ha
b.
Daerah
Irigasi tebon (Kanan) = 3636 Ha
Luas areal tanam Jaringan Irigasi
yang lama adalah 6033 ha sebagai
areal potensial maupun fungsional. Jenis Tanaman pada musim sebelumnya menurut
pola dan kalender tanam adalah sebagai berikut :
a. Wilayah Barat
Berdasarkan pola tanam dan
rencana tata tanam tahun 2012/2013
Masa Tanam I (MT I)
- Padi = 2397 Ha
=
100,00 %
- Palawija = 0 Ha
=
0,00 %
Masa Tanam II (MT II)
- Padi = 1918 Ha
=
80%
- Palawija =
0 Ha
=
0,00 %
- Genangan =
479 Ha
=
20 %
Masa Tanam III (MT III)
- Padi =
1918 Ha
=
80%
- Palawija =
479 Ha
=
20 %
2. MASALAH PEMBERIAN AIR DAN AREAL KEKURANGAN AIR
2.1. Sistem Pembagian dan
Pemberian Air
Sistem
pemberian air dilakukan melalui pembagian golongan baik untuk Jaringan dengan
sistem 3 golongan daerah tanam. Secara rinci kebutuhan air yang direncanakan
dapat dilihat pada Perhitungan Sebelumnya.
Sistem
Jaringan Irigasi mengandalkan ketersediaan air dari Kali Kartoharjo dengan pengambilan air melalui Bendung barat.
Sistem
pembagian air di Jaringan Irigasi menggunakan prinsip keseimbangan air, yaitu
antara kebutuhan air yang telah ditetapkan terhadap debit yang tersedia.
Sepanjang debit air yang tersedia masih mencukupi kebutuhan air untuk seluruh
tanaman yang telah direncanakan, maka pemberian air dilakukan secara menerus.
Namun apabila debit terbatas, atau tidak mencukupi kebutuhan secara total, maka
pemberian airnya akan dilakukan secara giliran/rotasi yang ditetapkan. Sistem
golongan yang dilaksanakan adalah dengan sistem tersier, dimana pembagian
kelompok petak-petak tersier dalam suatu daerah irigasi dilaksanakan secara
menyebar. Dimana setiap bagian saluran tersier
terdapat bangunan bagi. Bisa dilihat gambar detail.
2.2 Areal Kekurangan Air
Yang mengakibatkan areal kekurangan air
adalah :
1.
Kondisi
jaringan (saluran), bangunan irigasi, tanggul-tanggul serta alat pengukur debit
telah mengalami penurunan fungsi yang cukup tinggi.
Hal ini
perlu rehabilitasi sistem irigasi dan menetapkan langkah-langkah operasi dan
pemeliharaan yang tepat serta sesuai sasaran, guna meningkatkan pengelolaan dan
kinerja sistem irigasi.
2.
Pengoperasian
pintu sadap di bangunan pengambilan jaringan irigasi menggunakan pintu sorong
baja. Pintu-pintu sorong baja yang ada sekarang tidak berfungsi dengan
semestinya, debit air tidak terkendali karena pintu tidak ada kuncinya
(gembok).
Hal ini
mengakibatkan pola pembagian air di lapangan tidak bisa dikendalikan, banyak
air yang terbuang sia-sia dan hanya irigasi bagian hulu saja yang mendapatkan
air terutama pada musim kemarau. Sedangkan areal irigasi bagian hilir banyak
areal kekurangan air.
3. KONTRIBUSI PETANI TERHADAP KONDISI
JARINGAN
Peran serta aktif semua
pihak terhadap upaya pengelolaan prasarana irigasi sangat berpengaruh terhadap
terjaganya kondisi dan kesinambungan manfaat. Tanpa adanya upaya secara
menyeluruh maka manfaat keberadaan prasarana irigasi tidak akan tercapai.
Dari hasil survai
kondisi fisik Jaringan Irigasi Glapan sudah mengalami penurunan fungsi akibat
terjadinya pendangkalan, hilangnya pintu-pintu pengatur serta kerusakan
pasangan saluran dan bangunan. Penyebab
utama kerusakan tersebut selain faktor usia adalah kurang berjalannya kegiatan
pemeliharaan akibat keterbatasan dana.
Kontribusi petani yang telah dilakukan melalui adalah sebagai berikut :
- Perawatan saluran tersier dengan kegiatan
galian waled/lumpur
- Perbaikan saluran tersier sesuai kemampuan
petani
- Kontribusi tenaga dan material untuk
perbaikan sesuai dengan kemampuan
- Untuk pembagian pada
petak bisa digunakan saluran cacing untuk setiap petak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar