Pages

Sabtu, 22 September 2012

isbd




TUGAS MAKALAH

MATA KULIAH ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR
           











TEMA: KEBUDAYAAN
“KESENIAN TOPENG SANDUR MANDURO”

Disusun oleh :

LEO AGUS SULISTIANTO
(105534203)


PROGRAM STUDI S-1 PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK - UNESA
SEPTEMBER 2011

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya kepada kami semua, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasaryang berjudul “KESENIAN TOPENG SANDUR MANDURO” dengan tepat waktu dan tanpa adanya halangan yang menghambat dalam menyelesaikan tugas ini.
Dalam kesempatan ini saya tidak lupa mengucapkan terima kasih atas bantuan dari semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam menyelesaikan tugas ini, khususnya kepada IBU Siluh, S.Pd selaku pengajar Mata Kuliah ISBD  yang telah memberikan bimbingan dan serta pengarahan kepada kami. Tugas ini sengaja disusun untuk memenuhi tugas ISBD dan kami menyadari bahwa tugas ini jauh dari kesempurnaan dan kepuasan, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna untuk menyempurnakan makalah ini.
            Akhir kata,saya selaku penulis berharap mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat, khususnya bagi kalangan pelajar dan bagi semua pembaca pada umumnya.





Surabaya,   September 2010


Penulis



        DAFTAR ISI




Cover....................................................................................................................... 1
Kata Pengantar ....................................................................................................... 2
Daftar Isi.................................................................................................................. 3
BAB I: PENDAHULUAN............................................................................................. 4
    1.1. Latar Belakang............................................................................................. 4
    1.2. Rumusan Masalah........................................................................................ 4
    1.3. Tujuan........................................................................................................... 5
BAB II: KAJIAN PUSTAKA.......................................................................................... 6
BAB III: PEMBAHASAN............................................................................................. 9
    2.1. Kesenian Topeng Sandur Manduro.............................................................. 9
    2.2. Historis Kesenian Topeng Sandur Manduro................................................. 11
    2.3. Penyebab Terancam Punahnya Kesenian Topeng Sandur Manduro........... 12
    2.4. Upaya yang dilakukan Agar Kesenian
           Topeng Sandur Manduro Tetap Lestari....................................................... 12
BAB IV: PENUTUP.................................................................................................... 15
    3.1. Kesimpulan................................................................................................... 15
    3.2. Saran............................................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 17


 

















BAB I
PENDAHULUAN

1.1  LATAR BELAKANG

Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia, dan merupakan salah satu Negara dengan keanekaragaman suku-suku, budaya, adat-istiadat, agama, dan lain sebagainya.Hal ini juga harus dijaga dan dilestarikan, sahingga nilai-nilai seni budaya tersebut tidak terkikis dan punah akibat dari pengaruh budaya asing yang masuk ke Indonesia. Namun dalam pembahasan makalah ini lebih diprioritaskan tentang kebudayaan Indonesia khususnya wilayah Jawa Timur, tepatnya kota Jombang. Sebelum membahas terlalu dalam kita kupas terlebih dahulu pengertian antara budaya dan kebudayaan.Budaya sebagai suatu perkembangan dari kata majemuk budi-dayayang berarti dari budiyang berupa cipta. Sedangkan kebudayaan merupakan hasil cipta karsa dan rasa atau merupakan  perwujudan dari nilai-nilai dan produknya.
            Kota Jombang selama ini dikenal denga sebutan kota santri, namun dibalik itu Jombang juga memiliki berbagai macam warisan budaya.  Salah satunya adalah kesenian Topeng Sadur Manduro. Meski kesenian itu terancam punah dan hanya dikembangkan oeh segelintir orang, namun kesenian Topeng Sandur Manduro adalah satu-satunya yang ada diseluruh Jawa .Oleh sebab itu kita sebagai generasi muda harus peduli dan mau melestarikan budaya kita sendiri. Percuma kita menggembor-gemborkan melawan Malaysia karena telah mengklaim budaya kita kalau kita sendiri tidak peduli akan warisan budaya, sehingga dalam makalah ini akan dibahas lebih dalam mengenai kesenian Topeng Sandur Manduro agar mahasiswa lebih mengetahui tentang kesenian tersebut serta mau menjaga dan melestarikan warisan budaya.


1.2 RUMUSAN MASALAH
1.      Apa itu kesenian Topeng Manduro?
2.      Bagaimana historis kesenian Topeng Sandur Manduro?
3.      Mengapa kesenian Topeng Sandur Manduro terancam punah?
4.      Upaya apa yang dilakukan agar kesenian Topeng Sandur Manduro tetap terjaga dan lestari?

  1.3 TUJUAN
1.         Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami lebih dalam tentang Topeng Sandur Manduro
2.         Mahaisiswa mampu mengetahui dan memahami historis kesenian Topeng Sandur Manduro
3.         Mahasiswa mampu mengetahui penyebab kesenian Topeng Sandur Manduro terancam punah sehingga kita lebih sadar akan pentingnya menjaga warisan budaya
4.         Mahasiswa mampu mengetahui upaya yang dilakukan agar kesenian Topeng Sandur Manduro tetap terjaga dan lestari serta mampu melestarikan warisan budaya













BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Dari catatan Supartono, 1992, terdapat 170 definisi kebudayaan. Catatan terakhir Rafael Raga Manan ada 300 buah, beberapa diantaranya :
• EB Taylor, Primitive Culture, 1871
Kebudayaan adalah keseluruhan yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adapt, serta kemampuan dan kebiasaan lainnya yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat.
• Ki Hajar Dewantara
Kebudayaan berarti buah budi manusia adalah hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh kuat, yakni zaman dan alam yang merupakan bukti kejayaan hidup manusia untuk mengatasi berbagai rintangan dan kesukaran didalam hidup dan penghidupannya guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang pada lahirnya bersifat tertib dan damai.
Kebudayaan berfungsi untuk Mendasari, mendukung, dan mengisi masyarakat dengan nilai-nilai hidup untuk dapat bertahan, menggerakkan serta membawa masyarakat kepada taraf hidup tertentu :
– Hidup lebih baik
– Lebih manusiawi
– berperikemanusiaan
Manusia sebagai pencipta kebudayaan memiliki kemampuan daya sebagai berikut :
v Akal, intelegensia dan intuisi
v Perasaan dan emosi
v Kemauan
v Fantasi
v Perilaku



Wujud kebudayaan
• Ide : tingkah laku dalam tata hidup
• Produk : sebagai ekspresi pribadi
• Sarana hidup
• Nilai dalam bentuk lahir
Sedangkan Ciri Kebudayaan
• Bersifat menyeluruh
• Berkembang dalam ruang / bidang geografis tertentu
• Berpusat pada perwujudan nilai-nilai tertentu
Proses Pembudayaan
tindakan yang menimbulkan dan menjadikan sesuatu lebih bermakna untuk kemanusiaan. Proses tersebut diantaranya
Internalisasi : Merupakan proses pencerapan realitas obyektif dalam kehidupan manusia
Sosialisasi : Proses interaksi terus menerus yang memungkinkan manusia memperoleh identitas diri serta ketrampilan-ketrampilan sosial..
Enkulturasi adalah pencemplungan seseorang kedalam suatu lingkungan kebudayaan, dimana desain khusus untuk kehidupan kelihatan sebagai sesuatu yang alamiah belaka.
Difusi : Meleburnya suatu kebudayaan dengan kebudayaan lain sehingga menjadi satu kebudayaan.
Akulturasi : percampuran dua atau lebih kebudayaan yang dalam percampuran itu masing-masing unsurnya masih kelihatan
Asimilasi : proses peleburan dari kebudayaan satu ke kebudayaan lain.
Penyebab Perubahan Sosial dan Kebudayaan
faktor intern
  • Bertambah atau berkurangnya penduduk
  • Penemuan-penemuan baru (inovation – discoveri [gagasan] – invention [diterapkan dalam masyarakat]
  • Pertentangan-pertentangan dalam masyarakat (konflik)
  • Pemberontakan / revolusi
faktor ekstern
  • Perubahan lingkungan fisik manusia (bencana alam )
  • Pengaruh kebudayaan masyarakat lain
  • Peperangan
Faktor-faktor yang mendorong :
· Kontak dengan kebudayaan lain
· Sistem pendidikan yang maju
· Sikap menghargai hasil karya orang lain dan keinginan untuk maju
· Toleransi terhadap perbuatan menyimpang
· Sistem lapisan masyarakat yang terbuka
· Penduduk yang heterogen
· Ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang kehidupan tertentu
· Orientasi ke depan
· Nilai meningkatkan taraf hidup
Faktor-faktor yang menghambat :
· Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain
· Perkembangan ilmu pengetahuan yang lambat
· Sikap masyarakat yang tradisional
· Adanya kepentingan-kepentingan yang telah tertanam dengan kuat (vested Interest)
· Rasa takut terjadinya kegoyahan dalam integrasi kebudayaan
· Prasangka terhadap hal baru
· Hambatan ideologis
· Kebiasaan
· Sikap pasrah


BAB III
PEMBAHASAN

2.1 KESENIAN TOPENG SANDUR MANDURO
           
Description: http://stat.k.kidsklik.com/data/photo/2008/09/12/131807p.jpg
Kesenian Topeng Sandur Manduro berada di Dusun Guwo, Desa Manduro, Kecamatan Kabuh, Kabupaten Jombang.Karlan  yang berusia 70 tahun, bersama kelompok keseniannya menjadi satu-satunya pelestari topeng sandur.Topeng sandur termasuk salah satu aplikasi Budaya Panji.Sandur yang mengandung arti sebagai teater rakyat terdapat pula di wilayah Kabupaten Lamongan.Untuk topeng sandurnya hanya ada di wilayah Jombang.Keberadaan Sandur telah menyedot perhatian dari beberapa pakar.Tahun 1930, seorang ahli berkebangsaan Belanda, Pigeaud, telah tertarik untuk mengkaji keberadaan sandur yang berkembang di Pulau Jawa.
Dilihat dari aspek gaya, kesenian sandur Manduro termasuk gaya geografis kerana gaya tersebut mengacu ke gaya asli (Madura), namun dalam perkembangannya sudah terpengaruh oleh gaya jombangan yang disajikan dalam bentuk kerakyatan.Untuk aspek pendeskripsian,  pertujukan Sandur Manduro dari waktu ke waktu senantiasa mengalami perubahan lantaran sifatnya yang tidak ketat dan terbuka sehingga kita bisa menetapkan sejauhmanakah perkembangan pola atau struktur pertunjukan kurun waktu masyarakat Manduro sebagai pemilik kesenian ini ketika daerahnya masih terisolir dan ketika masyarakat Manduro tidak lagi terisolir lantaran prasarana jalan sudah dibangun dan diperbaiki. Sedangkan aspek kesastraannya, Sandur Manduro lebih pekat aspek kesastraannya bila dibandingkan dengan sandur-sandur lain yang berkembang di daerah lain, seperti Tuban, Bojonegoro, Lamongan, dan Madura sendiri.
Sandur Manduro disebut juga dengan nama Kesenian Topeng Sandur Manduro. Sebutan demikian kerana dalam kesenian tersebut menekankan penggunaan topeng atau kedok dalam hal tata riasnya.Dalam kesenian tersebut dikenal adanya kedok kelono, bapang, sapen, celeng, jepaplok, burung tengkek, ayon-ayon Srikandi, ayon-ayon Sembadra, dan punokawan.  Penamaan lain dari kesenian ini sebenarnya adalah abah-absah saja lantaran dasar pijakan yang digunakannya berbeda. Namun, bila menggunakan istilah Sandur Manduro lebih pas kerana keberadaannya sebagai institusi kesenian musti dipandang secara holistik sebagai sebuah bentuk pertunjukan kesenian tempat dia berasal   dan berkembang, pelawak dan budayawan kelahiran Jombang, menamakan Sandur Manduro dengan nama yang lain yakni “Ludruke Wong Meduro”. Di kalangan masyarakat Manduro, kesenian ini disebut dengan kata,”Sandur”.Sedangkan di “masyarakat perkotaan” kesenian ini dinamai Sandur Manduro.Pemakaian kata Manduro mengacu pada tempat kesenian ini berada atau menunjukkan lokalitas. Penamaan yang beragam sebenarnya tidak perlu untuk diperdebatkan lantaran institusi kesenian itu sebenarnya  telah membawa semangat kepluralitasan. Artinya, sebagai sebuah kesenian, Sandur Manduro bisa diberi nama lain kerana dinamika masyarakat telah menuntut adanya kepluralitasan.
Pengertian Sandur Manduro dari aspek deskriptif dapat dirumuskan sebagai berikut, yakni salah satu bentuk folklore yang tumbuh dan berkembang di desa Manduro  dengan pola permainan yang longgar dengan memadukan unsur gerak/tari , musik, sastra (lakon), dan perupaan yang khas. Sandur Manduro sebagai bentuk teater rakyat (the small tradition)kerana lahir dari rakyat dan isinya menggambarkan persoalan-persoalan kerakyatan.Persoalan kerakyatan ini secara lebih jelas dapat dirunut dari awal kemunculannya, yakni teater rakyat lahir pada zaman pra sejarah dalam bentuk upacara/ritual, tari-tarian, dan tarian perang.Bentuk upacara antara lainupacara untuk menghormati arwah nenek moyang (ancestor worship) dan ada pula pertunjukan yang digunakan untuk merayakan keberhasilan panen (harvest celebration).Dalam masyarakat sering kita jumpai upacara inisiasi, yakni upacara untuk memperingati hari-hari penting bagi perkembangan anak, upacara pendewasaan, upacara perkawinan serta kematian (initiation rites) selain itu untuk upacara bersih desa. Yang berbentuk tarian sering diselenggarakan di seputar api unggun untuk tujuan merayakan keberhasilan perburuan (hunting celebration).Dalam perkembangan selanjutnya dijumpai tari-tarian perang melalui kisah-kisah heroik.Mengingat Sandur Manduro termasuk teater rakyat maka kedudukan Sandur sebagian besar memenuhi fungsi seperti yang tersebut di atas.
2.2 HISTORIS KESENIAN TOPENG SANDUR MANDURO
            Kesenian Sandur Manduro sebenarnya merupakan kesenian urban, artinya keberadaannya kali pertama berasal dari Madura.kelahiran Sandur Madura diperkirakan pada tahun 1592. Prakiraan ini berdasarkan keberadaan topeng Sandur Manduro yang konon dibawa langsung dari Pulau Madura.Topeng asli yang berasal dari Madura tersebut usianya sudah 400 tahun. Itu artinya bila sampai tahun 2005 ini  maka usia topeng tersebut sudah 503 tahun. Namun karena keadaan fisik topeng-topeng tersebut belum ada yang rusak, lapuk, atau keropos dan kondisinya masih baik.Yang menjadi pertanyaan sekarang, mungkinkah topeng-topeng yang sudah berusia 503 tahunan tersebut masih dalam kondisi yang baik, padahal tidak ada perawatan khusus secara kimiawi?Dari pertanyaan tersebut akhirnya menjadi lemah prakiraan dari pengamat kesenian ini.
Memang benar kesenian Sandur berasal dari Pulau Madura karena masyarakat Manduro merupakan etnis Madura.Namun merunut kesejarahan awal munculnya Sandur Manduro tidak dapat dirunut dari awalnya Sandur Madura, karena keberadaan Sandur Manduro merupakan varian dari Sandur Madura.Dikatakan varian dari Sandur Madura kerana Sandur Manduro muncul lantaran Sandur Madura mampu beralkulturasi dengan peradaban masyarakat Jawa saat itu. Oleh karena itu, merunut kelahiran  Sandur Manduro musti berawal dari menetapnya masyarakat etnis Maduro di desa Manduro, Kabuh, Jombang.Jika diyakini bahwa keberadaan suku Madura sampai terdampar di desa Manduro akibat dari prajurit Trunojoyo yang lari kocar-kacir lantaran kalah perang melawan Mataram pada tahun 1678, maka lebih dekat kepastiannya bila keberadaan Sandur Manduro kemunculannya berawal sekitar akhir abad XVII --  awal abad XVIII. Kepastian angka tahun akan sulit ditetapkan kerana kami belum menemukan manuscript atau benda-benda arkeologis yang menunjuk suatu angka tahun yang pasti tentang keberadaan Sandur Manduro.

2.3 PENYEBAB KESENIAN TOPENG SANDUR MANDURO TERANCAM PUNAH
            Kesenian Topeng Sandur Manduro terancam punah dikarenakan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang kesenian ini, padahal kesenian ini termasuk salah satu aset budaya kota Jombang. Disamping itu kurang pedulinya masyarakat akan kesenian ini juga menjadi faktor kepunahan budaya ini.Yang lebih disesalkan lagi seniman yang bernama Karlan (70) bersama kelompok keseniannya menjadi satu-satunya pelestari Topeng Sandur Manduro ini.Dengan tubuh rentanya dia tetap menjaga dan melestarikan kesenian Topeng Sandur ini agar seni tradisi di Jombang, Jawa Timur, yang kini terancam punah itu bisa bertahan.Di tengah derasnya arus moderisasi tawaran manggung untuk kesenian Topeng Sandur Manduro ini hampir tidak ada, masyarakat lebih tertarik dengan orkes dangdut atau campur sari dari pada dengan kesenian Topeng Sandur Manduro.Faktor yang tidak kalah penting juga tidak adanya arsip secara tertulis mengenai kesenian Topeng Sandur Manduro, sehingga masyarakat tidak dapat membaca apabila ingin mengetahui warisan budaya salah satunya Topeng Sandur. Dan yang terakhir adalah kurangnya perhatian dari beberapa seniman lain mengenai kesenian Topeng Sandur Manduro ini.

2.4 UPAYA YANG DILAKUKAN AGAR KESENIAN TOPENG SANDUR MANDURO TETAP TERJAGA
       DAN LESTARI
Pelestarian adalah sebuah proses panjang dan rumit namun urgen dalam sebentang ikhtiar sejauh mana kesenian dan budaya Jombang ditumbuh-lestarikan. manusia Jombang. Dalam upaya pelestarian budaya ada tiga hal penting yaitu, PertamaKonservasi: upaya penggalian kembali seni tradisi yang telah punah. KeduaRevitalisasi: upaya pemberdayaan kembali seni tradisi yang hampir punah atau tidak berkembang. KetigaEksplorasi: upaya pengembangan seni tradisi agar bisa diakomodasi secara lebih luas dalam konteks pergelaran dan pertunjukan, atau yang sejenisnya. Upaya Pelestarian dan Perlindungan ini, langkah awal adalah dengan pendataan kesenian yang selengkapnya dan sesegera mungkin. Kemudian, setelah upaya ini dapat berjalan dengan baik dan kontinyu, maka usaha katalogisasi dilakukan agar kita bisa melihat dan menimbang: apakah keberadaan warisan kesenian yang ada di Jombang ini dapat dibangkitkan dan dikembangkan? Pasti, hal ini membutuhkan perjuangan yang lama dan sejauh mana ketangguhan SDM Jombang mampu bekerja dengan baik, konsisten, ikhlas, dan memiliki agenda kerja yang jelas, transparan, dan sistemik.Karena masih banyak yang belum tertelusuri dan terdata budaya yang ada di Jomban, hai ini merupakan “agenda besar dan panjang” bagi masyarakat Jombang, terutama bagi yang benar-benar berkonsentrasi pada warisan yang melimpah ini.Jika pemerintah setempat dapat bersinergi demi konservasi, revitalisasi, dan eksplorasi, tentu hal itu cukup sangat menggembirakan dan patut disambut dengan legawa dan sumringah. Namun jika setengah-setengah, atau bahkan tidak antusias sama sekali, lantas apa yang bisa diperbuat? Memang kita tidak memerlukan busa-busa kata dan gagasan yang muluk-muluk, tapi tindakan konkritlah yang terpenting.Atau satu per satu diurai-kembangkan.Menelusur, menyimak, dan mencatat! Terus dan terus dilakukan. Maka pokok utama dari apa yang dimaksud dengan Sastra Agraris adalah menulis. Sesederhana apa pun dan bebas bagi siapa pun yang berminat dan tergerak untuk menuliskan riwayat dan perkembangan seni-budaya Jombang. Begitulah gambaran simpelnya dari Sastra Agraris. Diharapkan, bagi stake holder yang bersangkutan, semisal Pak Karlan denag dibantu kelompok keseniannya yang ngopeni kesenian Topeng Sandur Mnduro dapat menuliskan apa saja yang dianggap penting agar kesenian tersebut  tidak lagi dibilang mati suri atau bersengkarut-ruwet secara internal hingga kini. Kita tidak menghendaki, jika katakanlah 20 tahun kemudian, Topeng Sandur Jombang hanya tinggal cerita dalam ingatan yang lambat-laun pudar.
            Disamping upaya diatas Pembentukan Tim Pelestarian dan Perlindungan(TPP) memang penting untuk dilakukan.Satu hal yang perlu dicatat bahwa dengan terbentuknya Tim Pelestarian dan Perlindungan (TPP) Kesenian Jombang yang dikukuhkan seusai acara Dialog Budaya dengan tema “Restrukturisasi dan Revitalisasi Dewan Kesenian Jombang”, pada 5 November 2008, di Taman Tirta Wisata Jombang diharapkan menjadi sebentang ikhtiar yang riil di mana yang terlibat diuji kredibilitas dan kapasitasnya dalam kinerja pengeksplorasian. Sedikit demi sedikit, di bawah pantauan Pak Nasrul Ilahi (wakil dari Dinas Parbupora Kabupaten Jombang), pendataan yang dilakukan TPP sangat membantu dalam pemetaan kesenian Jombang secara terus-menerus. Sementara, anggota TPP yang masih tetap bertahan hingga sekarang adalah: Bu Ellin, Bu Susnania, Pak Supriyo, Ngaidi Wibowo, Jabbar Abdullah, Dian Sukarno, Heru Cahyono, Fahrudin Nasrulloh, Koko Hari Pramono, dan Siti Sa’adah.Dengan demikian, RKTL (Rencana Kerja Tindak Lanjut) dapat bergerak dengan baik sembari terus berkoreksi diri.
Dari ilustrasi demikian, niscaya sangat dibutuhkan manusia-manusia Jombang (lepas dari balik kepentingan apa pun yang bersifat politis) yang dapat merumuskan “gerakan kebangkitan seni-budaya Jombang” dengan banyak cara dan strategi yang komunikatif, fleksibel, dan akomodatif. Pengharapan munculnya kantong-kantong kebudayaan semisal komunitas-komunitas seni, komunitas penulis (atau yang lebih riil berupa gagasan Jombang Creative Writing Institut. Semacam sekolah rakyat bidang beragam kepenulisan dari biografi, sejarah kota-desa, dongeng dan cerita rakyat, hingga penulisan cerpen, novel, puisi, dan naskah drama), para pegiat teater, pusat laboratorium riset, Museum Ludruk, Sanggar Perupa, Markeso Library Center, jurnal seni-budaya Jombang, Green Maping Wisata Jombang, Green Maping Kuliner Jombang, Green Maping Arsitektur Tua Kota Jombang, dan banyak lagi sejenis itu yang bisa diagendakan.Apabila sekian ancangan atau ilustrasi di atas dapat direalisasikan, tentu, Jombang akan bisa bertarung dengan beberapa kota berbudaya lain (tentu dengan kadar masing-masing) semisal Jogja, Jakarta, Bandung, Bali, Riau, Surabaya, atau lebih dekat, Mojokerto. Setiap even seni-budaya mungkin kelak kita tidak akan bercermin atau dibayang-bayangi pada dan oleh kota-kota tersebut. Kita bisa menggelar festival-festival spektakuler sendiri dengan terlebih dahulu menimbang seberapa besar entitas seni-budaya Jombang dapat ditumbuh-suburkan secara alami, progresif, jujur, dan guyub.






BAB IV
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
                Dari uraian panjang dalam pembahasan, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa Kesenian Topeng Sandur Manduro berada di Dusun Guwo, Desa Manduro, Kecamatan Kabuh, Kabupaten Jombang.Karlan  yang berusia 70 tahun, bersama kelompok keseniannya menjadi satu-satunya pelestari topeng sandur. Topeng sandur termasuk salah satu aplikasi Budaya Panji.Sandur yang mengandung arti sebagai teater rakyat.Sandur Manduro disebut juga dengan nama Kesenian Topeng Sandur Manduro. Sebutan demikian kerana dalam kesenian tersebut menekankan penggunaan topeng atau kedok dalam hal tata riasnya.Pengertian Sandur Manduro dari aspek deskriptif dapat dirumuskan sebagai berikut, yakni salah satu bentuk folklore yang tumbuh dan berkembang di desa Manduro  dengan pola permainan yang longgar dengan memadukan unsur gerak/tari , musik, sastra (lakon), dan perupaan yang khas. Sandur Manduro sebagai bentuk teater rakyat (the small tradition) kerana lahir dari rakyat dan isinya menggambarkan persoalan-persoalan kerakyatan. Masyarakat menyakini keberadaan suku Madura sampai terdampar di desa Manduro akibat dari prajurit Trunojoyo yang lari kocar-kacir lantaran kalah perang melawan Mataram pada tahun 1678, maka lebih dekat kepastiannya bila keberadaan Sandur Manduro kemunculannya berawal sekitar akhir abad XVII --  awal abad XVIII.
            Namun sangat disesalkan bahwa kesenian Topeng Sandur Manduro terancam punah, ini dikarenakan kurang pengetahuan masyarakat tentang kesenian ini. Disamping itu kurang pedulinya masyarakat untuk menjaga dan melestarikan warisan budaya tersebut juga menjadi salah satu faktor. Oleh sebab itu upaya yang dilakukan untuk menjaga agar kesenian ini tidak punah yaitu dengan cara penulusuran, penyimakan dan pencatatan atau disebut juga dengan maksud sastra Agraris yang artinya menulis. Disamping upaya tersebut Pembentukan Tim Pelestarian dan Perlindungan(TPP)juga sudah dilakukan.
3.2 SARAN
v  Kita sebagai generasi penerus bangsa harus lebih peduli, serta mau menjaga dan melestarikan budaya bangsa kita agar tidak punah termakan zaman. Apabila kita peduli terhadap warisan budaya ini maka negara lain tidak akan memperoleh kesempatan untuk mencurinya.
v  Kita harus memiliki rasa bangga terhadap budaya bangsa kita sendiri karena dunia pun juga mengakui kalau kita negara kaya akan budaya
v  Pemerintah dan masyarakat harus lebih berupaya untuk melakukan cara-cara agar warisan budaya  bangsa tidak punah.
v  Pemberian materi mengenai kebudayaan, baik ditingkat sekolah maupun perguruan tinggi juga harus dilakukan karena dengan itu mereka akan tahu tentang budaya bangsa dan akan tertanam rasa bangga, sehingga mereka mau untuk menjaga dan melestarikannya.
v  Kita sebagai mahluk berbudaya semestinya melestarikan budaya yang kita punya, jangan sampai budaya yang kita punya tidak kita lestarikan dan sampai punah. Karena siapa lagi jika bukan kita penerus bangsa yang melestarikan?
Kita lestarikan baik-baik budaya yang telah kita punya agar tidak diakui oleh bangsa lain.









DAFTAR PUSTAKA
v  Nasrulloh, Fahrudin. 2010. Penyebab Topeng Sandur Terancam punah. (http://forumsastrajombang.blogspot.com). Diakses 16 September 2010.
v  Nasrulloh, Fahrudin. 2009. Budaya Jombang Yang Hampir punash.(http://oase.kompas.com). Diakses 16 September 2010.
v  Nasrulloh, Fahrudin. 2008. Upaya Pelestarian Topeng Sandur.(http://lembahpring.multiply.com). Diakses 16 September 2010.
v  Karlan. 2009. Kesenian Topeng Sandur. (http://relawandesa.wordpress.com). Diakses 16 September 2010.
v  TIM ISBD UNESA. 2008. Ilmu Sosial Budaya Dasar. Surabaya: Unesa University Press.
v  Koentjaraningrat, dkk. 1999. Manusia Dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta:  Djambatan. 

untuk mendapatkan file2 ISBD dapat klik di bawah ini


 







Tidak ada komentar:

Posting Komentar