Pages

Senin, 30 Desember 2013

PONDASI 2



PONDASI
 Pengertian Pondasi
Pondasi adalah bagian bangunan yang menghubungkan bangunan dengan tanah. Pondasi berfungsi untuk meneruskan beban-beban dari semua unsur bangunan yang dipikulkan kepadanya ke tanah. Pondasi harus diperhitungkan sedemikian rupa agar dapat menjamin kestabilan bangunan terhadap :
A.    Beban bangunan
B.     Berat sendiri
C.     Beban berguna
D.    Gaya-gaya luar :
·         Angin
·         Gempa bumi
·         Beban termis
·         Beban dinamis
·         Penurunan pondasi
 Bahan Pondasi
A.    Bata
·         Kurang ideal, sebab bahan lunak dan berporeus.
·         Digunakan untuk pembebanan yang ringan atau bangunan sementara.
·         Sebaiknya tidak pada lapisan tanah yang berair.
B.     Batu kali
·         Cukup baik, asalkan susunan batu harus tersusun dengan benar dan kompak. Perbandingan spesi 1 PC : 4 PS.
·         Untuk pondasi bangunan permanent berlantai 1/2/3.
·         Kekokohan landasan dapat agak lunak hingga sedang, tergantung besarnya beban bangunan.
C.     Beton (tidak bertulang)
·         Cukup baik, asal dibuat dengan perbandingan semen yang sesuai.
·         Beton blok : 1PC : 4/5 PS di press dalam cetakan
·         Beton          : 1 PC : 3 PS : 5/7 kerikil
·         Hanya dapat menahan beban tekan.
·         Kekokohan landasan dapat lunak hinnga sedang, tergantung besarnya beban bangunan.
D.    Beton bertulang
·         Sangat ideal digunakan karena bahan yang padat, kompak dan kedap air.
·         Dapat diperhitungkan untuk menahan beban tarik.
·         Perlu perhatian dalam pembuatannya dan kualitas betonnya. (perlu lantai kerja untuk peletakan tulangan besi) perbandingannya 1 PC : 3 PS : 5 KR.
Jenis – Jenis Pondasi
A.  Pondasi Menerus


Pondasi menerus biasa digunakan untuk pondasi dinding, terutama digunakan pada bangunan rumah tinggal tidak bertingkat, seluruh beban atap/ beban bangunan umumnya dipikul oleh dinding dan diteruskan ke tanah melalui pondasi menerus sepanjang dinding bangunan.
Untuk bangunan kecil diatas tanah baik, pondasi menerus dapat dibuat dari pasangan batu bata dengan lebar 2-3 kali tebal pasangan bata dan pondasi dinding setengah bata cukup diletakan pada kedalaman 60 - 80 cm. Selain itu bahan pondasi yang mendukung beban bangunan yang lebih besar dan banyak yang dipakai adalah pasangan batu kali. Lebar dasar pondasi umumnya tidak kurang dari dua setengah kali tebal
            Diatas pondasi batu perlu dipasang balok sloof beton bertulang yang berfungsi sebagai balok pengikat dan juga dapat meratakan beban dinding. Untuk dinding yang memikul beban agak berat atau karena daya dukung tanah kecil digunakan pondasi jalur pelat beton. Untuk menambah ketahanan bangunan terhadap gempa , pondasi sebaiknya dibuat menerus pada sekeliling bangunan tanpa terputus.
Batu kali ini diikat menjadi satu kesatuan yang erat dan kuat dengan adukan perekat dari campuran 1 kp : 1 pc : 5 ps. Sebelum pasangan batu kali dibuat bangunan bawahnya diberi pasir urug setebal 20 cm dan batu kosong satu lapis. Kemudian setelah pasangan batu kali selesai dikerjakan, lubang sisa di kanan kiri diurug dengan pasir
B. Pondasi Setempat     
            Kadang – kadang sering dijumpai pada lapisan tanah keras. Letaknya pada kedalaman lebih dari 1.50 cm dari permukaan tanah setempat. Bila digunakan pondasi menerus akan sangat mahal dan tidak efisien. Untuk mengatsinya dapat digunakan pondasi yang dibuat dibawah kolom – kolom pendukung bangunan disebut pondasi setempat. Jadi yang merupakan pondasi utma pendukung bangunan adalah pondasi setempat. Semua beban bangunan yang diterima kolom – kolom pendukung langsung dilimpahkan padanya. Pondasi setempat dapat dibuat bentuk :
    • Pondasi pilar dibuat dari pasangan batu kali berbentuk kerucut terpancung
    • Pondasi sumuran dibuat dengan cara menggali tanah berbentuk bulat sampai kedalaman tanah keras, kemudian diisi adukan beton tanpa tulangan dan batu – batu besar
    • Pondasi telapak, dibuat dari konstruksi beton bertulang berbentuk plat persegi atau di sebut voetplat
C.    Pondasi Titik


·                                             Beban total dialihkan ke kolom
·                                             Syarat – syarat penggunaan :
1.      Beban cukup ringan dan masih dapat dipikul oleh tanah sesuai dengan kemampuan daya dukungnya
2.      Biasanya pada bangunan sementara atau bangunan permanent hingga bertingkat satu atau bangunan yang didirikan didaerah berair / rawa – rawa dan berkondisi daya dukung yang tidak merata
·                       Bahan :
1.     Batu kali
2.      Beton
3.      Pondasi sumur
4.      Paku bumi

D. Pondasi Jalur

·         Beban total dianggap dipikul secara merata pada jalur pondasi.
·         Digunakan untuk mendapatkan bidang luas pondasi yang lebih besar dari pondasi titik.
·         Tanah galian tidak banyak, karena lapisan tanah cukup dangkal.
·         Bahan :
1.      Batu bata
2.      Batu kali
3.      Beton tidak bertulang
4.      Beton bertulang
E. Pondasi Pelat penuh ( beton bertulang)
  • Beban total disalurkan keseluruh luas dasar bangunan.
  • Digunakan apabila :
1. kekokohan landasan yang rendah, sehingga pondasi jalur menjadi kurang ekonomis/terlalu lebar.
2.      Jarak bentang kolom tidak lebih dari 8.00 M.
3.      Lokasi sering banjir.



HUBUNGAN SAMBUNGAN KAYU




HUBUNGAN SAMBUNGAN KAYU

Pengertian
            Panjang kayu dipasaran sangatlah terbatas, sedangkan dalam suatu konstruksi membutuhkan kayu yang cukup panjang. Untuk mengatasi akan keterbatasan ukuran panjang kayu dibutuhkan adanya sambungan.
            Sambungan kayu adalah dua batang atau lebih yang saling disambungkan satu sama lain, sehingga menjadi satu batang kayu yang panjang. Sambungan dapat berupa batang mendatar maupun tegak lurus.
Syarat-syarat hubungan kayu  :
  • Diusahakan hubungan dibuat sesederhana mungkin tapi kokoh.
  • Hindari menggunakan kayu yang betul-betul cacat.
  • Perhatikan sifat-sifat kayu terutama terhadap penyusutan.
  • Hindari menarik kayu terlalu dalam, karena dapat melemahkan hubungan kayu itu sendiri.
  • Bentuk sambungan dari hubungan harus tahan terhadap gaya-gaya yang bekerja padanya.
  • Perhatikan rencana penempatan sambungan.
  • Ulas dahulu dengan lood menie sebelum hubungan disatukan.

 Macam-macam hubungan kayu
1 Sambungan kayu memanjang
         a. Sambungan bibir lurus tegak
             Sambungan ini dapat digunakan bila disepanjang balok-balok dipikul secara merata dan tidak menerima gaya tarik mupun momen lentur. Pada sambungan ini baloknya sangat diperlemah karena kedua ujung balok yang akan disambung masing-masing di takik ½ tebal kayu. Bidang takikan yang mendatar dinamakan bibir, bidang yang tegak dinamakan dada, bagian yang dibawah dinamakan pemikul dan bagian yang diatas dinamakan penutup.

 
b. Sambungan bibir miring tanpa kait ( dada tegak)
Sambungan ini digunakan apabila balok berada di atas dua tumpuan atau lebih seperti pada balok gording yang ditumpu / ditahan oleh balok kaki kuda – kuda. Untuk dapat menhan lenturan, bibir sambungan dibuat berangsur – angsur miring dengan posisi balok berdiri. Pada kedua ujung balok yang akan disambung masing – masing ditakik sedalam 1/8 – 1/6 t yang disebut dada. Panjang bibir dalam arah datar 2½ - 3 t an dibuat miring.




 

                                   

Sabtu, 28 Desember 2013

“Engineer” Bukanlah Kuli



     
       Apakah kita sebagai seorang “engineer”, tidak merasa sangat-sangat tersinggung dan direndahkan dengan kutipan ucapan apa yang pernah terlontar dari mulut seorang konglomerat dan seorang pemilik alat berat: “sebenarnya kalian engineer sama saja dengan kuli, hanya bedanya kalian adalah kuli pintar yang tidak bisa berbisnis. Ir. Gouw mengajak kita, sejenak melepaskan professional pride kita selaku engineer, dan melihat bagaimana banyak dari antara kita bersikap saling membanting harga, dan untuk men-justify tindakan itu, kita berkata : “Habis bagaimana lagi? Sistemnya sudah begitu ? Kalau kita tidak mau ada orang lain yang mau!” atau membuat kartel? Melanggar etika bisnis menetukan harga ? Percuma akan dilanggar sendiri”
Terasa sekali ada hal yang sangat kurang disini? Apa yang kurang? kasarnya, seperti kata sang konglomerat tadi: Engineer tidak bisa berbisnis ! Halusnya, seperti kutipan ucapan dari kalangan agen asuransi jiwa (profesi yang sering dianggap pes). Kita harus belajar: How to sell ourself (with pride and honor)? Yah, Bagaimana kita menjual diri kita ? (maaf, jangan disalah artikan menjual diri sendiri seperti pelacur). Intinya, adalah bagaimana kita memposisikan diri dalam menjual jasa kita, dengan kebanggaan dan secara terhormat. Bandingkan, mengapa seorang dokter menetapkan harga tanpa ditawar? Apakakah karena berhubungan dengan jiwa manusia, sehingga pasien tidak berani menawar?. Apakah seorang engineer dalam merancang struktur bangunan tidak berhubungan dengan jiwa manusia? bahkan kuat tidak kuatnya bangunan, secara tidak langsung berhubungan dengan lebih banyak jiwa manusia.
Setelah membaca literature yang ditulis oleh; Ir. Gouw, Tjie-Liong M.Eng di majalah Konstruksi yang membahas Etika Profesi. Disana dibahas bagaimana kata-kata, yang dalam bahasa Inggris itu ditulis “ETHICS”, Diuraikan huruf per huruf menjadi jabaran kode etik profesi yang sangat menarik dan yang bisa mengangkat harkat profesi kita. Dibawah ini penulis menyajikan bahasan tersebut yang disesuaikan dengan profesi engineering yang kita geluti bersama ini ;

ETHICS”
 E = Excellence (keunggulan)
Selaku professional, seorang engineer, harus bersikap terus menerus memperbaiki pengetahuannya, selalu mencari solusi yang terbaik. Tidak boleh bergantung pada code of practice secara membuta. Engineer tidak boleh bersikap pasif, melainkan harus pro-aktif untuk beradabtasi dengan era globalisasi yang serba cepat ini. Engineer yang tidak selalu proaktif memperbaharui diri dengan pengetahuan dan teknologi baru, akan tertinggal zaman.
Dalam era globalisasi ini, hanya bermodalkan disiplin pengetahuan engineering itu sendiri tidak cukup, seorang engineer perlu melengkapi dirinya dengan pengetahuan dasar akan ilmu-ilmu social, ekonomi, keuangan, humas, dan lain-lain, yang terkait dengan pekerjaannya. Pengetahuan dan keahlian mana diperlukan untuk secara efektif mengkomunikasikan proses engineer . Untuk menganalisa, untuk berfikir secara lateral (dalam keterkaitan dengan bidang diluar engineering) dan vertical (dalam bidang engineering secara mendalam), mensintesa, memformulasikan permasalahan, dan menyelesaikannya.
T = Trustworthy (Terpercaya).
Pengetahuan engineer merupakan pengetahuan yang sangat khusus, tidak banyak orang yang menguasai disiplin ilmu ini. Karenanya seorang engineer harus mempunyai kebanggaan diri dalam merefleksikan kepercayaan. Setiap kata dan tindakan dalam menjalankan profesi-nya harus dapat diandalkan. Seorang engineer wajib memberikan dan menetapkan solusi yang terbaik yang diketahuinya. Sesama engineer harus juga saling menghormati, saling dipercaya, Serta tidak saling menjatuhkan satu sama lain.
 H = Honesty (Kejujuran).
Agar dapat dipercaya seorang engineer harus jujur terhadap profesinya, terhadap dirinya sendiri, terhadap sesame engineer dan terhadap client-nya.
Diperlukan sikap lapang lada dalam menerima saran dan kritik dari sesame engineer demi kemajuan bersama. Jujur dalam mengemukakan keuntungan dan kerugian alternative-alternatif solusi yang diberukannya.
Kejujuran merupakan pangkal dari perilaku etika. Kejujuran berarti mengatakan sesuatu apa adanya. Kejujuran berarti selalu menjaga untuk tidak membohongi orang lain, baik secara sengaja maupun dengan sikap diam. Kejujuran juga bearti bersikap adil, menerima dan memberi apa yang menjadi hak orang lain. Menerima kewajiban dan menolak hal-hal yang tidak merupakan hak dan yang berada diluar otoritasnya.
Menerima dan mengerjakan tugas yang memang bisa dikerjakan, dan tidak mengerjakan tugas yang berada diluar bidang keahliannya. Walaupun sering kita ditempatkan dalam kesulitan untuk bersikap jujur sejujur-jujurnya, namun bila kita selaku engineer dapat menjaga dan memelihara sikap jujur tersebut, maka pada akhirnya akan menangkat nilai sang engineer dan profesi engineering itu sendiri.
 I = Integrity (Integritas).
Engineer selayaknya menjunjung tinggi integritas pribadi dan bidang keahliannya dengan berlaku tegas dan tegar terutama sekali dalam menegakkan dan menerapkan pengetahuannya. Keputusan seyogianya diambil dengan juga  mempertimbangkan dampak lingkungan dan tidak semata-mata demi kepentingan pribadi dan/atau pemberi tugas. Berani menegakkan integritasnya dengan jalan mengedepankan kepentingan umum dan menolak segala bentuk insentif dan paksaan yang bisa mengakibatkan kerusakan lingkungan.
Integritas berarti tidak saja bersikap jujur, tapi juga tahan untuk tidak bersikap korup. Engineer dengan integritas tinggi dan berkata benar, sekalipun hal itu berakibatkan kehilangan proyek. Tentunya cobaan untuk bersikap seperti itu sangatlah besar, semakin besar nilai proyek semakin sulit mengambil sikap dengan integritas tinggi. Menolak terlibat dalam proyek yang nyata-nyata diketahui berdampak negative namun bernilai besar, merupakan cobaan yang sangat besar terhadap integritas sang engineer . Namun itulah essensi dari nilai integritas.
C = Caring (Perduli).
Setiap buah karya Engineer seyogyanya juga dilandasi dengan pemikiran yang berdasarkan keperdulian terhadap lingkungan dan masyarakat. Berusaha agar dampak negative terhadap lingkungan dan masyarakat sekecil mungkin. Dan sebaliknya, agar karyanya itu berdampak positif terhadap kehidupan. Disinilah letak keanggunan dari karya sang engineer.
Ini berarti bersikap perduli. Bekerja tidak hanya bermotifkan kepentingan pribadi dan kepentingan pemberi tugas, tetapi juga mempertimbangkan kepentingan masyarakat luas  dan lingkungan. Perduli terhadap kepentingan rekan-rekan seprofesi. Sikap mempertimbangkan kepentingan rekan seporfesi pada akhirnya akan membawa dampak positif terhadap profesi engineering itu sendiri. Abraham Lincoln mengatakan orang yang membiarkan kesalahan berlalu dihadapannya, sama salahnya dengan orangn yang membuat kesalahan.
 S = Selflessness (Tidak Egois).
Tidak bersikap egois, tidak mengedepankan kepentingan pribadi. Tidak bersikap seperti economic animal yang menilai semua dari sudut kepentingan ekonomi semata.

Untuk membedakan engineer dengan kuli adalah ETHICS. Enam huruf ETHICS yang dijabarkan sebagai akronim dari enam kata : Excellence, Ttrustworty,Honesty, Integrity, Caring, dan selflessness itu saling kait mengait, merupakan suatu kesatuan kode etik prilaku yang tidak mudah dijalankan. Ada ungkapan dalam agama Islam : “Semuanya tergantung/ditentukan dari niatnya”. Mungkin ini sejalan dengan pengertian Human Attitude (etikat kegiatan seseorang), cara dan tujuan yang baik menentukan.