Kalaulah bisa mencari nafkah dijalan yang diridhai Allah SWT, mengapa harus
memilih cara-cara yang haram? Tetapi kenyataannya, masih banyak pengusaha yang
lebih memilih jalan pintas untuk mengumpulkan harta karun yang ujung-ujungnya mengorbankan
kepentingan orang banyak, terutama orang-orang kecil.
Saya sangat berkesan dengan cerita ilmiah, tentang proses terjadinya
pembuahan dalam rahim. Dari sejumlah (lebih kurang satu sendok) ”mani” yang
dipancarkan itu terdapat sekitar 50.000 sperma, dari jumlah sebesar itu
ternyata hanya satu sperma yang paling perkasalah yang bisa mencapai sel telur.
Jadi, baru untuk bisa mencapai proses pembuahan yang akan menjadi bakal makhluk
hidup saja, kita telah membunuh 49.999 saudara kita.
Kembali kemasalah mencari nafkah dengan cara haram, termasuk cara
mendapatkan proyek dengan berkolusi, sehingga nilai yang terterap di lapangan
paling-paling tinggal 50%-nya saja dari nilai total proyek. Sadarkah kita?
Bahwa dengan cara merampok sepert ini, sesungguhnya kita pun sudah membunuh hak
hidup dari puluhan ribu saudara-saudara kita yang tercinta, saudara-saudara
kita sebangsa dan setanah air.
Akal, merupakan karunia illahi yang maha hebat, yang tidak diberikan kepada
makhluk apapun di alam semesta ini, kecuali manusia. Akal-lah yang membedakan
kita dengan binatang buas, dan akal jugalah yang bisa membentuk pribadi kita
sehingga menjadi makhluk yang paling mulia. Dengan akal bisa meninggikan
derajat kita sebabagi manusia, bahkan lebih tinggi dari pada malaikat.
Kalau begitu, dimakah kita tempatkan karunia yang maha hebat itu?
Pengaturan tender semakin menjadi-jadi, kolusi secara ber-jamaah sudah semakin
membudaya, upeti yang harus diserahkan kepada pimpro dan panitia lelang sudah
menjadi rahasia umum, pemeriksa dan tim audit-pun tidak mau ketinggalan kereta
kolusi yang serba modern, sampai kapankah hal ini akan terus berlangsung?
Kontraktor yang ”jujur” adalah menivestasi dari pengusaha yang menggunakan
karunia yang maha hebat ini, mereka mecari nafkah tanpa merugikan dan
mengorbankan orang lain, mereka mengerjakan proyek-proyek untuk mendapatkan
keuntungan yang wajar tanpa budaya semir. Karena merekalah pembangunan
terlaksana dengan baik, pembangunan benar-benar dapat dirasakan sampai rakyat
kecil sekalipun, bahkan dapat memberi nilai manfaat yang tiada taranya buat
masyarakat pengguna.
Kontraktor yang jujur, tidak pernah takut akan kehilangan proyek, dengan
konteks jujur-nya itu mereka lebih mengutamakan profesional dari pada
keuntungan. Kontraktor yang jujur adalah kontraktor yang di-ridhai oleh Allah
SWT Tuhan semesta alam, sudah pantaslah untuk mendapatkan surga. Dalam suatu
haditnya Rasullullah SAW bersabda; ……..Pedagang yang jujur tempatnya adalah
surga, ditempatkan setingkat dengan para nabi.
Abdur Rahman Bin Auf adalah contoh pedagang dermawan yang jujur, merupakan
salah seorang sahabat Nabi Muhammad s.a.w yang berasal dari seorang bangsawan
Quraisy, yang termasuk dalam sepuluh sahabat yang dijanjikan Rasul s.a.w
masuk surga (al-’Asyarah al Mubasysyarah). Ia rela menyerahkan seluruh
kekayaannya untuk perjuangan Islam demi mengharapkan keridhaan Allah. Beliau
dikenal juga sebagai seorang sahabat yang memiliki watak dinamis dan optimis
serta ”zuhud” (berhati-hati) mendapatkan dan memiliki harta kekayaan (Darussyamsu,
2006).
Sebagaimana diriwayatkan anas bin malik tentang Abdur Rahman Bin Auf
berikut ini,………….dan berkatalah Sa’ad Bin Rabi’(sahabat Abdul Rahman yang
dipersaudaraan oleh Rasullah dengannya) kepada Abdur Rahman Bin Auf: ”Wahai
saudaraku, aku adalah penduduk Madinah yang kaya raya, silahkan pilih separuh
dari hartaku dan ambillah! Dan aku juga mempunyai dua orang isteri, coba
perhatikan yang lebih menarik perhatianmu, akan kuceraikan sehingga kamu dapat
memperisterinya”. Jawab Abdur Rahman bin Auf:”Moga-moga Allah memberkati anda,
isteri dan harta anda! Cukup tunjukkan letak pasar kepadaku, agar dapat aku
berdagang.
Abdur Rahman kemudian pergi ke pasar dan berjual beli di sana, ia pun
memperoleh keuntungan. Disebabkan keuletan dan optimisnya dalam menjalankan
usaha dagang, dia kembali menjadi hartawan, tetap zuhud dengan harta
tersebut.
Kehati-hatian (zuhud) Abdur Rahman terhadap harta yang dimilikinya,
tergambar dalam sebuah sabda Nabi s.a.w yang diriwayatkan dari Ibrahim bin
Abdur Rahman Bin Auf sebagai berikut: ”Wahai Ibnu Auf, engkau ini termasuk
orang kaya, dan engkau tidak akan masuk surga kecuali dengan merangkak, maka
persembahkan kepada Allah apa yang dapat membebaskan langkahmu menuju surga”.
Apa yang diwajibkan Allah ya rasul? Tanya Abdur Rahman. ”Hendaklah kamu
menghormati tamu, memberi makan orang miskin dan memenuhi permintaan orang yang
meminta, niscaya semuanya itu menjadi penebus bagi semua yang ada pada dirimu”,
jawab Rasul.
Setelah mendengar itu, diapun menjual tanahnya seharga
40 ribu dinar, kemudian semua uangnya itu dibagi-bagikannya kepada keluarga
Bani Zuhrah yang dhu’afa dan fakir miskin lainnya. Pada hari lain, ia
menyerahkan 500 ekor kuda untuk perlengkapan bala tentara Islam. Menjelang
wafatnya dia berwasiat supaya mengwakafkan hartanya 500 dinar untuk jalan Allah
dan 400 dinar untuk setiap orang yang ikut Perang Badar dan yang masih hidup.
Semoga Allah SWT dapat membukakan hati kita untuk meneladaninya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar