Pages

Kamis, 27 Februari 2014

Merencana Kontruksi Beton

Merencana Kontruksi Beton 
ada beberapa hal yang perlu diketahui dalam mengerjakan merencan kontruksi beton
1. Menguasai Materi tentang perhitungan beton
2. Mengetaui tata cara pekerjaan
3. Kenali dosen Pembimbing
karena setiap pembimibng menpunyai cara yang berbeda mulai dari rumus,tata cara penulisan dan langkah-langkah pengerjaan maupun cara penilaian.
adapun acara pengerjaan merencana kontruksi beton secara global
  1. Ambil soal kepada dosen pembimbing
  2. Penentuan soal dari dosen pembimbing
  3. Menggambar pra desain sesuai soal yang didapat ( rumah sakit,perkantoran dll).
  4. Menghitung Plimenary untuk balok dan kolom.
  5. Jika gambar dan ukuran sudah sesuai tinggal menghitung kebutuhan besi yang terkandung dalam  beton.
  6. Analisa gambar tersebut dengan mengunakan sap 2000 sesuai kareteristik dan ukuran yang sudah ditentukan
  7. Pekerjaan mulai dari perhitungan pelat atap dan pelat lantai sesuai penggunaan ruangan serta cari minimun tebal yang efisien 9jangan terpaku menggunakan ro min )
  8. Perhitungan Tangga yang sesuai gambar pra desain
  9. Pelat selasai kemudian perhitungan balok dan kolom sesuai fungsi struktur ( sap 200 yang telah dianalisis)
  10. Sesudah selesai perhitungan sloof dan pondasi.( sesuai sap dan jenis tanah maupun daya dukung tanah )
  11. Jika sudah terhitung maka lakukan dengan gambar desain sesui perhitungan yang didapat.
Adapun cara perhitungan diatas mulai dengan hal pertama hingga terakir
  1. Contoh Soal
  2. Plimenary desain
  3. Analisa sap
  4. Perhitungan Pelat
  5. Perhitungan Tangga
  6. Perhitungan balok
  7. Perhitungan Kolom
  8. Perhitungan Sloof
  9. Perhitungan Pondasi
  10. Contoh gambar struktur


Irigasi



Irigasi merupakan hal yang sangat penting dalam pertanian. Setiap irigasi mempunyai bangunan dan saluran irigasi atau jaringan irigasi yang disebut juga sebagai sistem irigasi. Kita perlu mengenal sistem irigasi seperti bangunan dan pemberian tata nama atau kode pada bangunan irigasi, supaya kita mengetahui dan mengerti yang akan dilakukan pada irigasi tersebut untuk lahan pertanian.
Dalam teknik pertanian, kita harus mengenal jaringan irigasi dengan jelas, seperti jenis-jenis saluran irigasi dan fungsinya, kerusakan pada jaringan irigasi serta pemanfaatan irigasi yang tidak tepat, karena dalam teknik pertanian kita mempelajari irigasi untuk budidaya dalam pertanian. Kemudian setelah kita mengetahui semua itu kita harus memberi solusi terhadap semua permasalahan pada jaringan dan saluran irigasi tersebut, karena teknik pertanian merupakan rekayasa di bidang pertanian yang  bertujuan untuk kemajuan dan kemudahan dalam pertanian untuk kesejahteraan manusia.

Yang kita bahas ini pada daerah barat Kabupaten magetan. Luas area pertanian daerah barat sekitar 25 ha. Pada daerah ini juga memiliki pengairan untuk sawah yan modern sudah menggunakan sadap dan bangun pembagi untuk daerah yang diairi. Disini hanya tertumpu pada satu sungai yaitu sungai karangrejo yang nantinya akan kembali ke bengawan solo.

Klasifikasi Jaringan Irigasi yang terdapat di daerah barat dan sekitarnya ini
1.      Jaringan irigasi sederhana
Dimanapemaikan air masih diatur secara mandiri, sehingga kelengkapan maupun kemampuan dalam mengukur dan mengatur masih sangat terbatas. Ketersediaan air biasanya melimpah dan mempunyai kemiringan yang sedang sampai curam, sehingga mudah untuk mengalirkan dan membagi air. Jaringan ini terjadi di daerah gentong dan sekitarnya
2.    Jaringan irigasi semi teknis
Pada daerah tertentu memiliki bangunan sadap yang permanen ataupun semi permanen. Bangunan sadap pada umumnya sudah dilengkapi dengan bangunan pengambil dan pengukur. Jaringan saluran sudah terdapat beberapa bangunan permanen, namun sistem pembagiannya belum sepenuhnya mampu mengatur dan mengukur. Karena belum mampu mengatur dan mengukur dengan baik, sistem pengorganisasian biasanya lebih rumit. Ini terjadi pada daerah pesu dan sekitarnya
3.                  Jaringan irigasi teknis
Untuk daerah maju mempunyai bangunan sadap yang permanen. Bangunan sadap serta bangunan bagi mampu mengatur dan mengukur. Disamping itu terdapat pemisahan antara saluran pemberi dan pembuang. Pengaturan dan pengukuran dilakukan dari bangunan penyadap sampai ke petak tersier. Untuk memudahkan sistem pelayanan irigasi kepada lahan pertanian, disusun suatu organisasi petak yang terdiri dari petak primer, petak sekunder, petak tersier, petak kuarter dan petak sawah sebagai satuan terkecil. Bagian ini ada pada daerah barat karena juga sudah modern dalam pengeloaan sawah. Di daerah barat ini sangat modern dalam pengelolaan pertaniannya. Adapun pengaturan dalam pengairan pertanian tersebut. Bangunan bangunan tersebut meliputi
Petak primer terdiri dari beberapa petak sekunder yang mengambil langsung air dari saluran primer. Petak primer dilayani oleh satu saluran primer yang mengambil air langsung dari bangunan penyadap.
Petak sekunder terdiri dari beberapa petak tersier yang kesemuanya dilayani oleh satu saluran sekunder. Biasanya petak sekunder menerima air dari bangunan bagi yang terletak di saluran primer atau sekunder. Batas-batas petak sekunder pada urnumnya berupa tanda topografi yang jelas misalnya saluran drainase. Saluran sekunder pada umumnya terletak pada punggung mengairi daerah di sisi kanan dan kiri saluran tersebut sampai saluran drainase yang membatasinya.
Petak tersier terdiri dari beberapa petak kuarter masing-masing seluas kurang lebih 8 sampai dengan 15 hektar. Pembagian air, eksploitasi dan perneliharaan di petak tersier menjadi tanggungjawab para petani yang mempunyai lahan di petak yang bersangkutan dibawah bimbingan pemerintah. Ukuran petak tersier berpengaruh terhadap efisiensi pemberian air. Beberapa faktor lainnya yang berpengaruh dalam penentuan luas petak tersier antara lain jumlah petani, topografi dan jenis tanaman. Petak tersier terdiri dari kumpulan petak sawah (100 ha, 150 ha) yang dilengkapi dengan saluran tersier, serta saluran kuarter. Dalam operasi dan pemeliharaannya , petak tersier ini sudah menjadi tanggung jawab dari petani pemakai air.
Selain sadap Bangunan pengambilan air dengan pompa menjadi pilihan apabila upaya-upaya penyadapan air secara gravitasi tidak memungkinkan untuk dilakukan, baik dari segi teknik maupun ekonomis. Salah satu karakteristik pengambilan irigasi dengan pompa adalah investasi awal yang tidak begitu besar namun biaya operasi dan eksploitasi yang sangat besar.
Jaringan pembawa terdiri dari jaringan utama dan jaringan tersier. Jaringan saluran utama terdiri dari saluran primer dan saluran sekunder. Sedangkan jaringan tersier terdiri atas saluran tersier serta saluran kuarter di petak tersier. Dalam saluran tersebut dilengkapi dengan saluran pembagi, bangunan sadap tersier, bangunan bagi sadap dan bok-bok tersier. Bangunan sadap tersebut dapat pula berfungsi sebagai bangunan ukur atau hanya dapat berfungsi sebagai pengatur debit. Dalam saluran primer atau sekunder dilengkapi dengan bangunan pengatur muka dan pada saluran pembawa dengan aliran super kritis dilengkapi bangunan terjun, got miring. Pada saluran pembawa sub kritis dilengkapi dengan bangunan talang, sipon, jembatan sipon, bangunan pelimpah, bangunan penguras, saluran pembuang samping dan jalan jembatan.
Saluran pembuang terdiri dari saluran pembuang utama, yaitu saluran yang menampung kelebihann air dari jaringan sekunder dan tersier keluar daerah irigasi. Saluran pembuang tersier adalah saluran yang menampung dan membuang kelebihan air dari petak sawah ke saluran pembuang primer atau sekunder.

Pendahuluan


Irigasi merupakan hal yang sangat penting dalam pertanian. Setiap irigasi mempunyai bangunan dan saluran irigasi atau jaringan irigasi yang disebut juga sebagai sistem irigasi. Kita perlu mengenal sistem irigasi seperti bangunan dan pemberian tata nama atau kode pada bangunan irigasi, supaya kita mengetahui dan mengerti yang akan dilakukan pada irigasi tersebut untuk lahan pertanian.
Dalam teknik pertanian, kita harus mengenal jaringan irigasi dengan jelas, seperti jenis-jenis saluran irigasi dan fungsinya, kerusakan pada jaringan irigasi serta pemanfaatan irigasi yang tidak tepat, karena dalam teknik pertanian kita mempelajari irigasi untuk budidaya dalam pertanian. Kemudian setelah kita mengetahui semua itu kita harus memberi solusi terhadap semua permasalahan pada jaringan dan saluran irigasi tersebut, karena teknik pertanian merupakan rekayasa di bidang pertanian yang  bertujuan untuk kemajuan dan kemudahan dalam pertanian untuk kesejahteraan manusia.

Yang kita bahas ini pada daerah barat Kabupaten magetan. Luas area pertanian daerah barat sekitar 2397 ha. Pada daerah ini juga memiliki pengairan untuk sawah yan modern sudah menggunakan sadap dan bangun pembagi untuk daerah yang diairi. Disini hanya tertumpu pada satu sungai yaitu sungai karangrejo yang nantinya akan kembali ke bengawan solo.

Klasifikasi Jaringan Irigasi yang terdapat di daerah barat dan sekitarnya ini
1.    Jaringan irigasi sederhana
                   Dimanapemaikan air masih diatur secara mandiri, sehingga kelengkapan maupun kemampuan dalam mengukur dan mengatur masih sangat terbatas. Ketersediaan air biasanya melimpah dan mempunyai kemiringan yang sedang sampai curam, sehingga mudah untuk mengalirkan dan membagi air. Jaringan ini terjadi di daerah gentong dan sekitarnya
2.    Jaringan irigasi semi teknis
                   Pada daerah tertentu memiliki bangunan sadap yang permanen ataupun semi permanen. Bangunan sadap pada umumnya sudah dilengkapi dengan bangunan pengambil dan pengukur. Jaringan saluran sudah terdapat beberapa bangunan permanen, namun sistem pembagiannya belum sepenuhnya mampu mengatur dan mengukur. Karena belum mampu mengatur dan mengukur dengan baik, sistem pengorganisasian biasanya lebih rumit. Ini terjadi pada daerah pesu dan sekitarnya
3.    Jaringan irigasi teknis
                   Untuk daerah maju mempunyai bangunan sadap yang permanen. Bangunan sadap serta bangunan bagi mampu mengatur dan mengukur. Disamping itu terdapat pemisahan antara saluran pemberi dan pembuang. Pengaturan dan pengukuran dilakukan dari bangunan penyadap sampai ke petak tersier. Untuk memudahkan sistem pelayanan irigasi kepada lahan pertanian, disusun suatu organisasi petak yang terdiri dari petak primer, petak sekunder, petak tersier, petak kuarter dan petak sawah sebagai satuan terkecil. Bagian ini ada pada daerah barat karena juga sudah modern dalam pengeloaan sawah. Di daerah barat ini sangat modern dalam pengelolaan pertaniannya. Adapun pengaturan dalam pengairan pertanian tersebut. Bangunan bangunan tersebut meliputi
                   Petak primer terdiri dari beberapa petak sekunder yang mengambil langsung air dari saluran primer. Petak primer dilayani oleh satu saluran primer yang mengambil air langsung dari bangunan penyadap.
                   Petak sekunder terdiri dari beberapa petak tersier yang kesemuanya dilayani oleh satu saluran sekunder. Biasanya petak sekunder menerima air dari bangunan bagi yang terletak di saluran primer atau sekunder. Batas-batas petak sekunder pada urnumnya berupa tanda topografi yang jelas misalnya saluran drainase. Saluran sekunder pada umumnya terletak pada punggung mengairi daerah di sisi kanan dan kiri saluran tersebut sampai saluran drainase yang membatasinya.
                   Petak tersier terdiri dari beberapa petak kuarter masing-masing seluas kurang lebih 8 sampai dengan 15 hektar. Pembagian air, eksploitasi dan perneliharaan di petak tersier menjadi tanggungjawab para petani yang mempunyai lahan di petak yang bersangkutan dibawah bimbingan pemerintah. Ukuran petak tersier berpengaruh terhadap efisiensi pemberian air. Beberapa faktor lainnya yang berpengaruh dalam penentuan luas petak tersier antara lain jumlah petani, topografi dan jenis tanaman. Petak tersier terdiri dari kumpulan petak sawah (100 ha, 150 ha) yang dilengkapi dengan saluran tersier, serta saluran kuarter. Dalam operasi dan pemeliharaannya , petak tersier ini sudah menjadi tanggung jawab dari petani pemakai air.
                   Selain sadap Bangunan pengambilan air dengan pompa menjadi pilihan apabila upaya-upaya penyadapan air secara gravitasi tidak memungkinkan untuk dilakukan, baik dari segi teknik maupun ekonomis. Salah satu karakteristik pengambilan irigasi dengan pompa adalah investasi awal yang tidak begitu besar namun biaya operasi dan eksploitasi yang sangat besar.
                   Jaringan pembawa terdiri dari jaringan utama dan jaringan tersier. Jaringan saluran utama terdiri dari saluran primer dan saluran sekunder. Sedangkan jaringan tersier terdiri atas saluran tersier serta saluran kuarter di petak tersier. Dalam saluran tersebut dilengkapi dengan saluran pembagi, bangunan sadap tersier, bangunan bagi sadap dan bok-bok tersier. Bangunan sadap tersebut dapat pula berfungsi sebagai bangunan ukur atau hanya dapat berfungsi sebagai pengatur debit. Dalam saluran primer atau sekunder dilengkapi dengan bangunan pengatur muka dan pada saluran pembawa dengan aliran super kritis dilengkapi bangunan terjun, got miring. Pada saluran pembawa sub kritis dilengkapi dengan bangunan talang, sipon, jembatan sipon, bangunan pelimpah, bangunan penguras, saluran pembuang samping dan jalan jembatan.
                   Saluran pembuang terdiri dari saluran pembuang utama, yaitu saluran yang menampung kelebihann air dari jaringan sekunder dan tersier keluar daerah irigasi. Saluran pembuang tersier adalah saluran yang menampung dan membuang kelebihan air dari petak sawah ke saluran pembuang primer atau sekunder.


Kinerja Jaringan


1.      LUAS DAN JENIS TANAMAN PADA MUSIM SEBELUMNYA

Luas areal tanam maksimum di Jaringan Irigasi Glapan berdasarkan data dari Balai Besar Wilayah Sungai Pemali Juana, Dinas Pengairan Kabupaten Grobogan dan Dinas Pengairan Kabupaten Demak adalah seluas 18.784 Ha dengan pembagian areal adalah sebagai berikut :
a.             Daerah Irigasi Barat (Kiri)                           =   2397 Ha
b.             Daerah Irigasi tebon (Kanan)                    =   3636 Ha
Luas areal tanam Jaringan Irigasi yang lama adalah 6033 ha sebagai areal potensial maupun fungsional. Jenis Tanaman pada musim sebelumnya menurut pola dan kalender tanam adalah sebagai berikut :
a.   Wilayah Barat
Berdasarkan pola tanam dan rencana tata tanam tahun 2012/2013
Masa Tanam I (MT I)
-             Padi                       =    2397 Ha
                                             =    100,00 %
-             Palawija                =    0 Ha
                                             =    0,00 %
Masa Tanam II (MT II)
- Padi                                   =    1918 Ha
                                             =    80%
- Palawija                             =    0 Ha
                                             =    0,00 %
- Genangan                          =    479 Ha
                                             =    20 %
Masa Tanam III (MT III)
- Padi                                   =    1918 Ha
                                             =    80%
- Palawija                             =    479 Ha
                                             =    20 %
2. MASALAH PEMBERIAN AIR DAN AREAL KEKURANGAN AIR
          2.1. Sistem Pembagian dan Pemberian Air   
Sistem pemberian air dilakukan melalui pembagian golongan baik untuk Jaringan dengan sistem 3 golongan daerah tanam. Secara rinci kebutuhan air yang direncanakan dapat dilihat pada Perhitungan Sebelumnya.
Sistem Jaringan Irigasi mengandalkan ketersediaan air dari Kali Kartoharjo dengan pengambilan air melalui Bendung barat.
Sistem pembagian air di Jaringan Irigasi menggunakan prinsip keseimbangan air, yaitu antara kebutuhan air yang telah ditetapkan terhadap debit yang tersedia. Sepanjang debit air yang tersedia masih mencukupi kebutuhan air untuk seluruh tanaman yang telah direncanakan, maka pemberian air dilakukan secara menerus. Namun apabila debit terbatas, atau tidak mencukupi kebutuhan secara total, maka pemberian airnya akan dilakukan secara giliran/rotasi yang ditetapkan. Sistem golongan yang dilaksanakan adalah dengan sistem tersier, dimana pembagian kelompok petak-petak tersier dalam suatu daerah irigasi dilaksanakan secara menyebar. Dimana setiap bagian saluran tersier terdapat bangunan bagi. Bisa dilihat gambar detail.
2.2  Areal Kekurangan Air        
Yang mengakibatkan areal kekurangan air adalah :
1.    Kondisi jaringan (saluran), bangunan irigasi, tanggul-tanggul serta alat pengukur debit telah mengalami penurunan fungsi yang cukup tinggi.
     Hal ini perlu rehabilitasi sistem irigasi dan menetapkan langkah-langkah operasi dan pemeliharaan yang tepat serta sesuai sasaran, guna meningkatkan pengelolaan dan kinerja sistem irigasi.
2.    Pengoperasian pintu sadap di bangunan pengambilan jaringan irigasi menggunakan pintu sorong baja. Pintu-pintu sorong baja yang ada sekarang tidak berfungsi dengan semestinya, debit air tidak terkendali karena pintu tidak ada kuncinya (gembok).
     Hal ini mengakibatkan pola pembagian air di lapangan tidak bisa dikendalikan, banyak air yang terbuang sia-sia dan hanya irigasi bagian hulu saja yang mendapatkan air terutama pada musim kemarau. Sedangkan areal irigasi bagian hilir banyak areal kekurangan air.
3.       KONTRIBUSI PETANI TERHADAP KONDISI JARINGAN
               Peran serta aktif semua pihak terhadap upaya pengelolaan prasarana irigasi sangat berpengaruh terhadap terjaganya kondisi dan kesinambungan manfaat. Tanpa adanya upaya secara menyeluruh maka manfaat keberadaan prasarana irigasi tidak akan tercapai.
               Dari hasil survai kondisi fisik Jaringan Irigasi Glapan sudah mengalami penurunan fungsi akibat terjadinya pendangkalan, hilangnya pintu-pintu pengatur serta kerusakan pasangan saluran dan bangunan.  Penyebab utama kerusakan tersebut selain faktor usia adalah kurang berjalannya kegiatan pemeliharaan akibat keterbatasan dana.
Kontribusi petani yang telah dilakukan melalui adalah sebagai berikut :
-  Perawatan saluran tersier dengan kegiatan galian waled/lumpur
-  Perbaikan saluran tersier sesuai kemampuan petani
-  Kontribusi tenaga dan material untuk perbaikan sesuai dengan kemampuan
-  Untuk pembagian pada petak bisa digunakan saluran cacing untuk setiap petak