Pages

Minggu, 02 Desember 2012

rumah tipe 36



Dalam pembangunan sekarang telah berbeda dengan zaman dahulu..  begitupun dengan model rumah saat ini juga berbeda untuk saat ini rumah yang paling digemari adalah rumah minimalis yaitu idaman semua orang yang ingin membangun atau mempunyai rumah. Yang didesain simpel, nyaman, cerah dan enak di lihat adalah keharusan untuk membangun rumah yang indah. konsep rumah minimalis modern dari warna cat dan tata letak harus serasi sehingga membuat rumah kita indah. Meskipun minimalis bukan berarti biaya juga minimalis.
Banyak juga tempat untuk konsultasi dalam pembangunan atau penerima jasa untuk membangun rumah kita. Sehingga kita dapat menuangkan keinginan kita dan dapat dikerjakan oleh penyedia jasa sehingga keingnan dapat terwujud. Hal ini juga dapat diketahui berapa keuangan yang harus dikeluarkan jika sesuai keinginan kita.
Di sini ada beberapa gambaran mungkin untuk ide atau inspirasi dalam membangun rumah sehingga dapat membantu mendesain sesuai keinginan kita. Dapat didownload disini

DRAINASE



Perencanaan Drainase
Drainase merupakan bangunan yang sangat diperlukan untuk mengalirkan air. Dan juga drainase sebagai saluran mengalihkan air , digunakan untuk penanganan masalah kelebihan air, baik yang berasa dari air hujan , rembesan , dan juga dari air limbah dari berbagai sumber. Dalam hal ini ilmu mekanika fluida dan hidrolika sangatlah bermanfaatkan untuk digunkan merancang pembangunan drainase.
Drainase merupakan salah satu fasilitas dasar yang dirancang sebagai sistem guna memenuhi kebutuhan masyarakat dan merupakan komponen penting dalam perencanaan kota (perencanaan infrastruktur khususnya). Secara umum, drainase didefinisikan sebagai serangkaian bangunan airyang berfungsi untuk mengurangi dan/atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal.
Drainase juga diartikan sebagai usaha untuk mengontrol kualitas air tanah dalam kaitannya dengan salinitas, dimana drainase merupakan suatu cara pembuangan kelebihan air yang tidak diinginkan pada suatu daerah, serta cara-cara penangggulangan akibat yang ditimbulkan oleh kelebihan air tersebut.
Dari sudut pandang yang lain, drainase adalah salah satu unsur dari prasarana umum yang dibutuhkan masyarakat kota dalam rangka menuju kehidupan kota yang aman, nyaman, bersih, dan sehat. Prasarana drainase disini berfungsi untuk mengalirkan air permukaan ke badan air (sumber air permukaan dan bawah permkaantanah) dan atau bangunan resapan. Selain itu juga berfungsi sebagai pengendali kebutuhan air permukaan dengan tindakan untuk memperbaiki daerah becek, genangan air dan banjir.
Kegunaan saluran drainase antara lain :
  • Mengeringkan daerah becek dan genangan air sehingga tidak ada akumulasi air tanah.
  • Menurunkan permukaan air tanah pada tingkat yang ideal.
  • Mengendalikan erosi tanah, kerusakan jalan dan bangunan yang ada.
  • Mengendalikan air hujan yang berlebihan sehingga tidak terjadi bencana banjir.
Sebagai salah satu sistem dalam perencanaan perkotaan, maka sistem drainase yang ada dikenal dengan istilah sistem drainase perkotaan. Drainase perkotaan didefinisikan sebagai ilmu drainase yang mengkhususkan pengkajian pada kawasan perkotaan yang erat kaitannya dengan kondisi lingkungan sosial-budaya yang ada di kawasan kota.
Drainase perkotaan merupakan sistem pengeringan dan pengaliran air dari wilayah perkotaan yang meliputi :
a. Permukiman.
b. Kawasan industri dan perdagangan.
c. Kampus dan sekolah.
d. Rumah sakit dan fasilitas umum.
e. Lapangan olahraga.
f. Lapangan parkir.
g. Instalasi militer, listrik, telekomunikasi.
h. Pelabuhan udara.
Standar dan Sistem Penyediaan Drainase Kota
Sistem penyediaan jaringan drainase terdiri dari empat macam, yaitu :
1. Sistem Drainase Utama : Sistem drainase perkotaan yang melayani kepentingan sebagian besar warga masyarakat kota.
2. Sistem Drainase Lokal : Sistem drainase perkotaan yang melayani kepentingan sebagian kecil warga masyarakat kota.
3. Sistem Drainase Terpisah : Sistem drainase yang mempunyai jaringan saluran pembuangan terpisah untuk air permukaan atau air limpasan.
4. Sistem Gabungan : Sistem drainase yang mempunyai jaringan saluran pembuangan yang sama, baik untuk air genangan atau air limpasan yang telah diolah.
Sasaran penyediaan sistem drainase dan pengendalian banjir adalah :
1. Penataan sistem jaringan drainase primer, sekunder, dan tersier melalui normalisasi   maupun rehabilitasi saluran guna menciptakan lingkungan yang aman dan baik terhadap genangan, luapan sungai, banjir kiriman, maupun hujan lokal. Dari masing-masing jaringan dapat didefinisikan sebagai berikut :
a. Jaringan Primer : saluran yang memanfaatkan sungai dan anak sungai.
b. Jaringan Sekunder : saluran yang menghubungkan saluran tersier dengan saluran primer (dibangun dengan beton/plesteran semen).
c. Jaringan Tersier : saluran untuk mengalirkan limbah rumah tangga ke saluran sekunder,  berupa plesteran, pipa dan tanah.
2. Memenuhi kebutuhan dasar (basic need) drainase bagi kawasan hunian dan kota.
3. Menunjang kebutuhan pembangunan (development need) dalam menunjang terciptanya scenario pengembangan kota untuk kawasan andalan dan menunjang sektor unggulan yang berpedoman pada Rancana Umum Tata Ruang Kota.
Sedangkan arahan dalam pelaksanaannya adalah :
  • Harus dapat diatasi dengan biaya ekonomis.
  • Pelaksanaannya tidak menimbulkan dampak sosial yang berat.
  • Dapat dilaksanakan dengan teknologi sederhana.
  • Memanfaatkan semaksimal mungkin saluran yang ada.
  • Jaringan drainase harus mudah pengoperasian dan pemeliharaannya.
  • Mengalirkan air hujan ke badan sungai yang terdekat.
Sistem Jaringan Drainase
Sistem jaringan drainase perkotan umumnya dibagi atas 2 bagian, yaitu :
  • Sistem Drainase Mayor
Sistem drainase mayor yaitu sistem saluran/badan air yang menampung dan mengalirkan air dari suatu daerah tangkapan air hujan (Catchment Area). Pada umumnya sistem drainase mayor ini disebut juga sebagai sistem saluran pembuangan utama (major system) atau drainase primer. Sistem jaringan ini menampung aliran yang berskala besar dan luas seperti saluran drainase primer, kanal-kanal atau sungai-sungai. Perencanaan drainase makro ini umumnya dipakai dengan periode ulang antara 5 sampai 10 tahun dan pengukuran topografiyang detail mutlak diperlukan dalam perencanaan sistem drainase ini.
  • Sistem Drainase Mikro
Sistem drainase mekro yaitu sistem saluran dan bangunan pelengkap drainase yang menampung dan mengalirkan air dari daerah tangkapan hujan. Secara keseluruhan yang termasuk dalam sistem drainase mikro adalah saluran di sepanjang sisi jalan, saluran/selokan air hujan di sekitar bangunan, gorong-gorong, saluran drainasekota dan lain sebagainya dimana debit air yang dapat ditampungnya tidak terlalu besar.
Pada umumnya drainase mikro ini direncanakan untuk hujan dengan masa ulang 2, 5 atau 10 tahun tergantung pada tata guna lahan yang ada. Sistem drainase untuk lingkungan permukiman lebih cenderung sebagai sistem drainase mikro.
Jenis-jenis Drainase
1. Menurut sejarah terbentuknya
a. Drainase alamiah (natural drainage), yaitu sistem drainase yang terbentuk secara alami   dan tidak ada unsur campur tangan manusia.
b. Drainase buatan , yaitu sistem drainase yang dibentuk berdasarkan analisis ilmu drainase, untuk menentukan debit akibat hujan, dan dimensi saluran.
Menurut letak saluran
a. Drainase permukaan tanah (surface drainage), yaitu saluran drainase yang berada di atas permukaan tanah yang berfungsi mengalirkan air limpasan permukaan. Analisa alirannya merupakan analisa open channel flow.
b. Drainase bawah tanah (sub surface drainage), yaitu saluran drainase yang bertujuan mengalirkan air limpasan permukaan melalui media di bawah permukaan tanah (pipa-pipa), dikarenakan alasan-alasan tertentu. Alasan tersebut antara lain tuntutan artistik, tuntutan fungsi permukaan tanah yang tidak membolehkan adanya saluran di permukaan tanah seperti lapangan sepak bola, lapangan terbang, taman, dan lain-lain.
Menurut konstruksi
a.         Saluran terbuka, yaitu sistem saluran yang biasanya direncanakan hanya untuk menampung dan mengalirkan air hujan (sistem terpisah), namun kebanyakan sistem saluran ini berfungsi sebagai saluran campuran. Pada pinggiran kota, saluran terbuka ini biasanya tidak diberi lining (lapisan pelindung). Akan tetapi saluran terbuka di dalam kota harus diberi lining dengan beton, pasangan batu (masonry) ataupun dengan pasangan bata.
b.         Saluran tertutup, yaitu saluran untuk air kotor yang mengganggu kesehatan lingkungan. Siste ini cukup bagus digunakan di daerah perkotaan terutama dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi seperti kota Metropolitan dan kota-kota besar lainnya.

4. Menurut fungsi
a. Single Purpose, yaitu saluran yang berfungsi mengalirkan satu jenis air buangan saja.
b. Multy Purpose, yaitu saluran yang berfungsi engalirkan beberapa jenis buangan, baik secara bercampur maupun bergantian.
Arahan Dalam Pelaksanaan Penyediaan Sistem Drainase.
Arahan dalam pelaksanaan penyediaan sistem drainase adalah :
a. Harus dapat diatasi dengan biaya ekonomis.
b. Pelaksanaannya tidak menimbulkan dampak sosial yang berat.
c. Dapat dilaksanakan dengan teknologi sederhana.
d. Memanfaatkan semaksimal mungkin saluran yang ada.
e. Jaringan drainase harus mudah pengoperasian dan pemeliharannya.
f. Mengalirkan air hujan ke badan sungai yang terdekat.
Pengklasifikasian Saluran Drainase
1.      Saluran Air Tertutup
a. Drainase Bawah Tanah Tertutup, yaitu saluran yang menerima air limpasan dari  daerah yang diperkeras maupun yang tidak diperkeras dan membawanya ke sebuah pipa keluar di sisi tapak (saluran permukaan atau sungai), ke sistem drainase kota.
b. Drainase Bawah Tanah Tertutup dengan tempat penampungan pada tapak, dimana drainase ini mampu menampung air limpasan dengan volume dan kecepatan yang meningkat tanpa menyebabkan erosi dan kerusakan pada tapak.
2.      Saluran Air Terbuka
Merupakan saluran yang mengalirkan air dengan suatu permukaan bebas. Pada saluran air terbuka ini jika ada sampah yang menyumbat dapat dengan mudah untuk dibersihkan, namun bau yang ditimbulkan dapat mengurangi kenyamanan. Menurut asalnya, saluran dibedakan menjadi :
a. Saluran Alam (natural), meliputi selokan kecil, kali, sungai kecil dan sungai besar sampai saluran terbuka alamiah.
b. Saluran Buatan (artificial), seperti saluran pelayaran, irigasi, parit pembuangan, dan lain-lain. Saluran terbuka buatan mempunyai istilah yang berbeda-beda antara lain :
  • Saluran (canal) : biasanya panjang dan merupakan selokan landai yang dibuat di tanah, dapat dilapisi pasangan batu/tidak atau beton, semen, kayu maupu aspal.
  • Talang (flume) : merupakan selokan dari kayu, logam, beton/pasangan batu, biasanya disangga/terletak di atas permukaan tanah, untuk mengalirkan air berdasarkan perbedaan tinggi tekan.
  • Got miring (chute) : selokan yang curam.
  • Terjunan (drop) : seperti got miring dimana perubahan tinggi air terjadi dalam jangka pendek.
  • Gorong-gorong (culvert) : saluran tertutup (pendek) yang mengalirkan air melewati jalan raya, jalan kereta api, atau timbunan lainnya.
  • Terowongan Air Terbuka (open-flow tunnel) : selokan tertutup yang cukup panjang, dipakai untuk mengalirkan air menembus bukit/gundukan tanah.
3. Saluran Air Kombinasi, dimana limpasan air terbuka dikumpulkan pada saluran drainase permukaan, sementara limpasan dari daerah yang diperkeras dikumpulkan pada saluran drainase tertutup.
Pola Jaringan Drainase
Pola jaringan drainase terdiri dari enam macam, antara lain:
1. Siku
Digunakan pada daerah yang mempunyai topografi sedikit lebih tinggi daripada sungai. Sungai sebagai saluran pembuangan akhir berada di tengah kota.
2. Paralel
Saluran utama terletak sejajar dengan saluran cabang. Apabila terjadi perkembangan kota, saluran-saluran akan dapat menyesuaikan diri.
3. Grid iron
Digunakan untuk daerah dengan sungai yang terletak di pinggir kota, sehingga saluran-saluran cabang dikumpulkan dahulu pada saluran pengumpul.
4. Alamiah
Sama seperti pola siku, hanya beban sungai pada pola alamiah lebih besar.
5. Radial
Digunakan untuk daerah berbukit, sehingga pola saluan memencar ke segala arah.
6. Jaring-jaring
Mepunyai saluran-saluran pembuangan yang mengikuti arah jalan raya dan cocok untuk daerah dengan topografi datar.
Pola jaring-jaring terbagi lagi menjadi 4 jenis :
1. Pola perpendicular
Adalah pola jaringan penyaluran air buangan yang dapat digunakan untuk sistem terpisah dan tercampur sehingga banyak diperlukan banyak bangunan pengolahan.
2. Pola interceptor dan pola zone
Adalah pola jaringan yang digunkan untuk sistem tercampur.
3. Pola fan
Adalah pola jaringan dengan dua sambungan saluran / cabang yang dapat lebih dari dua saluran menjadi satu menuju ke sautu banguan pengolahan. Biasanya digunakan untuk sistem terpisah.
4. Pola radial
Adalah pola jaringan yang pengalirannya menuju ke segala arah dimulai dari tengah kota sehingga ada kemungkinan diperlukan banyak bangunan pengolahan.
Bangunan-bangunan Sistem Drainase dan Pelengkapnya
1. Bangunan-bangunan Sistem Saluran Drainase
Bangunan-bangunan dalam sistem drainase adalah bangunan-bangunan struktur dan bangunan-bangunan non struktur.
Bangunan Struktur
Bangunan struktur adalah bangunan pasangan disertai dengan perhitungan-perhitungan kekuatan tertentu. Contoh bangunan struktur adalah :
- bangunan rumah pompa
- bangunan tembok penahan tanah
- bangunan terjunan yang cukup tinggi
- jembatan
Bangunan Non struktur
Bangunan non struktur adalah bangunan pasangan atau tanpa pasangan, tidak disertai dengan perhitungan-perhitungan kekuatan tertentu yang biasanya berbentuk siap pasang. Contoh bangunan non struktur adala :
- Pasangan (saluran Cecil tertutup, tembok talud saluran, manhole/bak control ususran Cecil, street inlet).
- Tanpa pasangan : saluran tanah dan saluran tanah berlapis rumput.
2. Bangunan Pelengkap Saluran Drainase
Bangunan pelengkap saluran drainase diperlukan untuk melengkapi suatu sisem saluran untuk fungsi-fungsi tertentu. Adapun bangunan-bangunan pelengkap sistem drainase antara lain :
Catch Basin/Watershed
Bangunan dimana air masuk ke dalam sistem saluran tertutup dan air mengalir bebas di atas permukaan tanah menuju match basin. Catch basin dibuat pada tiap persimpangan jalan, pada tepat-tempat yang rendah, tempat parkir.
Inlet
Apabila terdapat saluran terbuka dimana pembuangannya akan dimasukkan ke dalam saluran tertutup yang lebih besar, maka dibuat suatu konstruksi khusus inlet. Inlet harus diberi saringan agar sampah tidak asuk ke dalam saluran tertutup.
Headwall
Headwall adalah konstruksi khusus pada outlet saluran tertutup dan ujung gorong-gorong yang dimaksudkan untuk melindungi dari longsor dan erosi
Shipon
Shipon dibuat bilamana ada persilangan dengan sungai. Shipon dibangun bawah dari penampang sungai, karena tertanam di dalam tanah maka pada waktu pembuangannya harus dibuat secara kuat sehingga tidak terjadi keretakan ataupun kerusakan konstruksi. Sebaiknya dalam merencanakan drainase dihindarkan perencanaan dengan menggunakan shipon, dan sebaiknya saluran yang debitnya lebih tinggi tetap untuk dibuat shipon dan saluran drainasenya yang dibuat saluran terbuka atau gorong-gorong.
Manhole
Untuk keperluan pemeliharaan sistem saluran drainase tertutup di setiap saluran diberi manhole pertemuan, perubaan dimensi, perubahan bentuk selokan pada setiap jarak 10-25 m. Lubang manhole dibuat sekecil mungkin supaya ekonomis, cukup, asal dapat dimasuki oleh orang dewasa. Biasanya lubang manhole berdiameter 60cm dengan tutup dari besi tulang.
Gorong-gorong
Bangunan terjun
Bangunan got miring
Drainase yang ada di Kota Pekanbaru harus direncanakan sebaik mungkin, menggunakan lapisan perkerasan dengan strukstur beton bertulang serta berkualitas tinggi. Karena drainase yang ada dikota ini banyak yang belum menggunakan lapisan perkerasan dan banyak juga penyalahgunaan fungsi saluran drainase. Seringnya drainase dijadikan tempat pembuangan sampah dan dijadikan tempat berjualan. Serta drainase di Pekanbaru banyak tidak terawat dengan baik sehingga dalam tingkat curah hujan tinggi banyak air tidak mengalir dengan baik , dimana banyak terjadi genangan air yang mana dapat merusak konstruksi.
        Maka drainase harus memerhatikan berbagai aspek atau sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Drainase sebagai bangunan yang penting dimana untukdrainase jalan raya, lapangan terbang dan juga lapangan olahraga. Dimana kesemua itu adalah fasilitas untuk masyarakat. Dan dalam perencanaan drainase harus diperhitungakan dengan baik .  dimana drainase tersebut dapat berjalan dengan baik antara lain ;
·         Dapat mencegah berkumpulnya air yang dapat menggangu trnasportasi
·         Mencegah erosi tanah
·         Mencegah kelongsoran lereng
·         Mengeluarkan air dai struktur jalan
·         Sebagai pembuangan air dari berbagai limbah
·         Sebagai saluran pembawa air dan penampung air dari berbagai sumber
·         Menambah keindahan kota.

Permasalahan yang ada dalam perkotaan yang terjadi adalah masih terjadinya banjir dalam kota-kota besar seperti surabaya sendiri. Bahkan ada kecenderungan kejadian banjir makin meningkat, baik dilihat dari frekuensi kejadiannya, luasan wilayah, tinggi dan lamanya genangan.
Banjir sebenarnya adalah peristiwa alam biasa yang merupakan hasil interaksi antara peristiwa ekstrim meteorologi dan hidrologi dengan daerah tangkaan air (DTA). Banjir merupakan respon dari daerah tangkapan air terhadap terjadinya kombinasi antara kedua peristiwa tersebut. Secara alami DTA mempunyai fungsi menampung, menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke badan air penerima, baik berupa danau atau laut. Gangguan terhadap DTA akan mempengaruhi fungsinya dalam merespon curah hujan.
Pada sebagain besar peristiwa banjir perkotaan disebabkan oleh terganggunya fungsi alami DTA akibat aktifitas manusia. Secara umum, aktifitas manusia pada DTA berdampak pada meningkatnya magnitud puncak banjir dan memendekanya waktu datangnya puncak banjir. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa banjir di kawasan perkotaan adalah konsekuensi dari kombinasi antara faktor alam dan faktor manusia.
Perkembangan perkotaan yang jauh lebih cepat dari kawasan pedesaan mendorong tingginya laju urbanisasi. Konsekuensinya adalah terjadinya alih fungsi lahan untuk memenuhi kebutuhan tempat tinggal, infrastruktur, dan tempat kegiatan dan usaha. Sejauh ini, alih fungsi lahan tersebut belum diikuti usaha-usaha untuk mempertahankan dan/atau mengganti fungsi alami lahan dalam merenspon air hujan.
Perubahan tatanan pemerintahan di Indonesia dalam era reformasi, otonomi daerah serta krisis ekonomi yang telah melanda seluruh wilayah di Indonesia turut mempengaruhi pengelolaan sanitasi di Indonesia. Adanya perubahan kebijakan arah pembangunan infrastruktur perkotaan, menguatnya ego otonomi, rendahnya kapasitas pembiayaan daerah, menurunnya daya beli dan kurangnya kepedulian masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan juga merupakan pemicu terjadinya degradasi kualitas lingkungan permukiman termasuk masalah drainase perkotaan.
Berikut ini yang mempengaruhi kurang berfungsinya sebuah drainase :
·         Perubahan Iklim
·         Urbanisasi
Permasalahan yang timbul karena buruknya pengelolaan sistem drainase
Pengelolaan sistem drainase yang tidak baik merupakan salah satu sumber kerusakan lingkungan. Sistem drainase konvensional yang selama ini diterapkan telah menimbulkan berbagai dampak yang tidak baik, antara lain:
·         Peningkatan debit banjir dan kelangkaan air tanah: Meningkatnya lapisan kedap air akibat pembangunan kota menyebabkan limpasan permukaan meningkat dan pengisian air tanah menurun. Air hujan sebagian besar menjadi limpasan permukaan, sementara yang bmeresap ke dalam tanah sangat kecil. di lain pihak pengambilan air tanah cendeung meningkat sehingga terjadi defisit air tanah. Kualitas air buruk: Sistem drainase konvensional menggunakan sistem tercampur (air hujan dan air limbah) menyebabkan kualitas air pada badan air penerima, khususnya pada musim kemarau, buruk. Pada badan air yang digunakan sebagai sumber air baku air minum mengakibatkan biaya pengolahan air minum menjadi mahal.
·         Kontaminasi air tanah: Tidak semua komponen sistem drainase dibuat kedap air, sehingga air dalam sistem drainase dapat meresap ke dalam tanah dan mencemari air tanah, khususnya air tanah dangkal.
·         Penurunan muka tanah: Defisit air tanah akibat ketidak seimbangan antara pengisian dan pengambilan air tanah mengakibatkan terjadinya penurunan muka tanah (land subsidence).
·         Menurunnya estetika dan kesehatan lingkungan: banyaknya sampah, air limbah masuk ke sistem drainase menimbulkan pandangan yang kurang baik dan sering menimbulkan bau tidak sedap. Terjadinya genangan dan saluran yang tidak lancar dapat menjadi sarang nyamuk dan sumber berbagai penyakit (water borne deseases).